Status: Feeling - Introvert
Dear anak perempuanku.....
Jaga diri baik-baik nak, baik di dunia nyata maupun dunia maya, jangan
biarkan ada satu pun pria yang bukan mahram yang menyentuhmu, sekalipun
(hanya) hatimu, jika belum waktunya. Nanti ibumu akan mengajarinya. Saya
juga akan menjagamu. Maka dari itu, do'akan saya agar dapat memilihkan calon ibumu yang benar-benar shalihah, yang rahimnya menjadi tempat kamu akan terlahir ke dunia yang hina ini.
Belajar yang
sungguh-sungguh nak, isi masa mudamu dengan menimba ilmu
sebanyak-banyaknya. Raihlah mimpimu, namun jangan kau lupakan bahwa
suatu saat kau akan menjadi seorang ibu dan ibu rumah tangga. Jangan
pula lupakan kodrat utamamu ketika engkau berusaha meraih cita-citamu.
Seimbangkan itu semua dengan mengutamakan yang diwajibkan. Ibumu akan mendidikmu menjadi calon ibu yang baik.
Jaga
ibadahmu dan tutup auratmu dengan sempurna nak, saya yakin di masa
depan, penduduk akhir zaman yang semakin tidak peduli dengan syariat
agamanya akan menambah berat bebanmu untuk istiqomah dalam menjaga
ibadah dan menutup auratmu. Saya sudah melihat fenomena itu di zaman ini
nak.
Bayangkan bagaimana jika kamu
kurang dapat menjaga pergaulanmu serta tidak menutup auratmu dengan
sempurna, betapa besar beban dosa yang akan saya tanggung. Membiarkan auratmu terlihat sedikit saja di depan bukan mahrammu, sama saja kamu membiarkan saya, saudara laki-lakimu, dan suamimu (kelak) jatuh ke jurang neraka nak.
Maaf jikalau
kelak saya kurang berhasil dalam mendidikmu, terlalu keras dalam
menegurmu, serta kurang dapat memberikan yang terbaik. Namun di balik
itu semua, saya lakukan ini semata-mata saya niatkan untuk kebaikanmu. Sama sekali tidak untuk mengekangmu. Saya akan sangat menyayangimu, begitu pula ibumu. Percayalah.
Semoga Allah melindungimu.
-Bandung, 19 Januari 2015, beberapa tahun sebelum kamu lahir, mungkin, semoga-
Total Tayangan Halaman
Senin, 26 Januari 2015
Sabtu, 24 Januari 2015
Luka Permanen
Status: Feeling - Sensing
Ini tulisan saya yang buruk, hanya semacam curhatan status facebook yang terlampau panjang.
Ini tulisan saya yang buruk, hanya semacam curhatan status facebook yang terlampau panjang.
Antara tahun 2009-2012, saya menempuh pendidikan di sebuah sekolah menengah atas negeri di kota Jakarta yang memiliki berbagai macam organisasi/subseksi (bukan sekadar ekskul) di bawah Organisasi Siswa Intra Sekolah. Saat itu ada 14 subseksi yang tersedia untuk kami (murid-murid) masuki, sesuai minat masing-masing, sembari mengasah karakter dan mencari pengalaman berorganisasi.
Sejak awal masuk sekolah ini (Juli 2009), murid-murid, termasuk saya, sudah dihadapkan dengan kaderisasi berupa menginap tiga hari dua malam di dodik belanegara rindam III/siliwangi, cikole, lembang. Di tempat itu, kami dididik ala tentara yang keras. Misalnya, tidak boleh ada sebutir nasi pun jatuh ke tanah ketika makan, tidak boleh "mulut mengejar nasi" (badan tidak boleh membungkuk) ketika makan, sikap sempurna selama beberapa jam di bawah terik matahari, serta tepat waktu dan sigap ketika diberi aba-aba untuk berkumpul. Sepulang dari kaderisasi ini, karakter saya yang semula santai dan lamban perlahan jadi lebih kaku dan disiplin.
Pada 13 Januari 2010, saya memilih subsie koperasi siswa, dengan jumlah kader angkatan 46 tahun ini (termsauk saya) 26 orang (6 siswa dan 20 siswi). Selama sebulan ditambah setengah bulan kami dikader dengan intensitas interaksi dua kali per pekan. Masa-masa itu merupakan masa yang cukup berat bagi saya. Betapa tidak, tugas kaderisasi harus dibuat sesempurna mungkin, tidak boleh cacat, berbeda, dan tidak boleh ada yang kurang sedikit pun. Bahkan tugas buku wawancara kami sempat dilempar-lempar layaknya frisbee atau piring ceper yang tak berharga. Pernah pula kami harus menghafal susunan jabatan organisasi hanya dalam kurang dari 15 hitungan. Karakter saya semakin berubah. Mindset saya berubah. Saya menganggap dunia ini harus sesempurna itu, sesigap itu, seideal itu, seperfeksionis itu, serta sedisiplin itu. Apalagi sejak salah satu pengkader saya ada yang pernah berteriak saat interaksi, "Kalian tau? Kalian akan jauh lebih sibuk ketika kalian menjadi pengurus nanti daripada saat-saat kaderisasi seperti ini!!!", dan saya percaya itu.
Selepas dilantik pada 1 Mei 2010 di Stadion Gelora Bung Karno, saya merasa seperti keluar dari penjara, namun juga seperti ada "invisible load" yang bertengger di bahu. Lepas, namun merasa bersalah, entah apa. Ketika pergantian badan pengurus, saya ditugaskan sebagai Koord. Program Kerja II. Saya kecewa. Ternyata menjadi badan pengurus koperasi siswa (dengan jabatan itu), tidak lebih menjadi bayangan orang lain. Tidak ada yang dapat saya kerjakan. Bahkan ketika rapat pun, saya semacam patung hiasan yang memenuhi lingkaran rapat itu. Saya berusaha ingin aktif, namun saya seperti tidak dibutuhkan di sana. Pekerjaan pertama dan terakhir yang dipercayakan ke saya hanyalah menjadi PJ expo 2010 untuk koperasi siswa pada tanggal 25 Juli 2010. Intinya, apa yang saya lakukan semasa kaderisasi tidak seimbang dengan apa yang saya sibukkan di organisasi (setelah dilantik). Bukan hanya saya, beberapa teman saya juga merasakan hal yang sama. Lama-kelamaan, pengurus yang benar-benar aktif menjadi hanya segelintir orang.
Di tahun berikutnya, saat kaderisasi koperasi siswa angkatan 47, saya kembali geram, terutama kepada angkatan saya sendiri. Saya mendapati teman-teman saya mengader dengan data fiktif, berbohong, dengan tujuan memberi tekanan yang (katanya) dapat melatih "berpikir dalam tekanan". Sejujurnya saya muak dengan model kaderisasi seperti ini. Sejak saat itu, saya benar-benar menjadi orang yang keras, disiplin waktu, perfeksionis, tidak toleran, serta kaku. Saya tidak senang dengan teman-teman saya yang sok keras pada saat forum dalam kaderisasi namun lamban, santai, tidak sigap, ngaret, toleransi berlebihan, serta tidak profesional ketika bekerja. Ini yang saya sebut dengan kontradiktif. Padahal, Allah berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan"
(Q.S. Ash-Shaff [61]:2-3)
Saya menginginkan atmosfer "perkenalan organisasi" (kaderisasi) sama dengan atmosfer ketika bekerja dalam organisasi tersebut. Jika kedisiplinan, peduli, serta kesigapan dituntut, maka janganlah ada kata-kata "santai saja, kita tunggu yang lain hingga 30 menit ke depan ya" ketika rapat atau "kamu gak perlu tau apa yang saya kerjakan" ketika mengaplikasikan transparansi dalam kepemimpinan. Saya berpikir, lalu buat apa lima tahun lalu nilai peduli diturunkan kepada kader kopsis lima tahun lalu? Buat apa saya mesti mengecek tugas setiap teman saya setiap kali akan forum (interaksi) kaderisasi jika implementasi di kenyataan tidak demikian? Lalu buat apa pengkader memarahi teman yang terlambat datang ke forum (interaksi) kaderisasi, jika kenyataannya pada saat bekerja, ketidaktepatan waktu adalah hal yang lumrah dan dapat ditoleransi? Jika ingin menciptakan organisasi yang santai dan menyenangkan, buatlah kaderisasi yang santai dan menyenangkan. Jika anda membuat kaderisasi yang keras, penuh tekanan dan menjunjung tinggi kedisiplinan, buatlah atmosfer kerja pada organsiasi yang seperti itu pula.
"Ada tiga prinsip utama dalam mendidik anak. Pertama: memberikan contoh; kedua: memberikan contoh; ketiga: memberikan contoh"
-Albert Schweitzer-
Saya benar-benar merasa kaderisasi yang "salah asuh" lima
tahun lalu itu menimbulkan luka permanen dan memunculkan karakter baru buat saya.
Karakter yang membuat segala apa yang saya kerjakan benar-benar
sempurna. Karakter ini pula yang membuat saya menjadi sulit untuk
mempercayai orang, pesimis kepada orang lain. Justru saya senang dengan dipimpin dengan pemimpin yang tegas dan lurus,
serta segalanya terencana dengan matang dan dari jauh-jauh hari. Otoriter itu baik selama tujuannya lurus, saya pikir.
Maaf jika membuat anda tertawa menyeringai karena menganggap saya bodoh, polos, dan tidak tahu apa-apa soal organsiasi serta kaderisasinya. Saya hanya mendapatkan apa yang (sengaja maupun tidak sengaja) saya tangkap.
Terima kasih.
Langganan:
Postingan (Atom)