Dalam berkegiatan di kampus, dewasa ini banyak mahasiswa yang menggunakan gadget sebagai sarana komunkasi dan koordinasi. Baik itu urusan akademik maupun non akademik. Namun, disadari atau tidak disadari, disamping keuntungannya yaitu membuat penyebaran informasi menjadi lebih cepat dan praktis, ada juga dampak negatifnya: Kurang responsif.
Tidak, jangan anda menyangkal dengan kalimat "Ah tergantung orangnya", tapi itulah kenyataannya yang sering terjadi. Sejak orang-orang mengandalkan gadget dan telepon genggam, pertemuan secara fisik menjadi tidak penting ("toh hasil pertemuan bakal dishare di grup"). Orang bisa membatalkan perjanjian seenaknya dengan cepat dan tiba-tiba. Respon mereka lambat ketika mendapat pesan yang seringkali bersifat mendadak dan penting. Alasan pun terinvensi: Gak ada pulsa, gak ada paket internet, gak tiap waktu orang ngebuka grup, dan hal-hal remeh lainnya yang terkadang bikin kita "geregetan".
Coba bandingkan dengan tahun 1980an ke atas. Saya ambil contoh ketika momen ospek jurusan. Saat itu, belum ada handphone atau alat komunikasi lain selain telepon rumah yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari dalam satu kelurahan. Mahasiswa-mahasiswa saat itu mendapat informasi hanya dari pertemuan terakhir dengan teman-teman seangkatan mereka, tidak lebih. Keadaan seperti itu membuat mereka benar-benar memasang telinga mereka ketika suatu informasi penting datang dari ketua angkatan maupun senior mereka. Dan ketika pulang ke kosan masing-masing pun, mereka benar-benar komitmen dan mengingat-ingat apa yang harus dilakukan selanjutnya, kapan dan dimana pertemuan berikutnya, dan lain-lain. Mereka sadar, informasi itu mahal.
Lihatlah apa yang terjadi sekarang, gumaman ketika ada pengumuman "Ah selow, nanti juga ada reminder H-3, H-2, H-1, dan J-12". Informasi tidak seberharga dulu. Itu pun, ketika dijarkom dan diminta konfirmasi, mereka banyak yang ogah-ogahan dalam merespons, ah tepatnya: lamban, dengan berbagai alasan yang sudah diutarakan di atas. Atau karena ketidakpedulian semata? Saya tidak paham.
Saya paham kesibukan kuliah atau di tempat lain terkadang membuat orang jarang membuka media sosial sehingga tidak responsif. Namun untuk sebuah urusan yang membutuhkan respon cepat, kesibukan bukan alasan untuk tidak merespons dengan cepat. Sekali lagi, bukan
Benarkah media sosial merupakan sarana paling efektif dan efisien dalam berkoordinasi dengan orang banyak? Saya sangsi. Namun saya pikir bisa dijadikan alternatif dengan syarat: responsif.
Tolonglah.