Kisah Pertama. Tahukah anda bagaimana cara seorang pawang
menjinakkan seekor gajah liar? Begini caranya. Dari kejauhan, pawang membius
gajah liar itu menggunakan senapan bius. Ketika gajah tidak sadarkan diri,
pawang memasangkan sebuah rantai besi yang besar ke kakinya dan mengikatkannya
ke sebuah pohon besar. Kemudian, ketika gajah itu tersadar, dia akan lapar. Apa
yang terjadi ketika gajah itu mencoba berjalan untuk mencari makan? Gajah itu
terjatuh karena kakinya terikat pada pohon. Ia mencoba berkali-kali, tetapi
usahanya selalu sia-sia. Ia menjadi sangat lelah dan semakin lapar.
Saat itu, pawang datang membaawa sekeranjang rumput dan
meletakkannya di dekat gajah. Karena lapar, gajah itu langsung memakan rumput
yang sudah tidak segar lagi. Beberapa hari kemudian, gajah itu lapar lagi, dia
mencoba mencari makan, tapi lagi-lagi dia terjatuh. Dia mencoba lagi, terus
terjatuh, dan seterusnya....
Suatu ketika, sang pawang melepaskan rantai besi dan
menggantinya dengan seutas tali tambang yang diikatkan ke sebuah pasak kecil
yang tertancap di tanah. Tetapi, sang gajah tak pernah mencoba lari atau
berbuat apapun. Mengapa? Karena dalam pikirannya rantai besi itu masih mengikat
kakinya. Dia merasa bahwa apapun cara yang dilakukannya, tidak mungkin ia akan
mendapatkan rumput segar. Sejak saat itu hingga akhir hayatnya, dia selalu
merasa bahwa dia hanyalah makhluk kecil yang tidak berdaya. POTENSINYA YANG
SEHARUSNYA SANGAT BESAR TELAH DIKERDILKAN OLEH LINGKUNGANNYA.
Kisah kedua. Cobalah anda ambil seekor kutu pinjal dan
masukkan ke dalam sebuah kotak korek api kosong. Biarkan selama satu hingga dua
minggu. Lalu keluarkan. Apa yang terjadi? Kutu itu hanya mampu melompat
setinggi kotak korek api saja. Padahal, seekor kutu pinjal mampu melompat
setidaknya 300x lipat lebih tinggi dari tinggi tubuhnya.
Ketika kutu itu berada di dalam kotak, dia mencoba melompat
tinggi. Tapi apa yang terjadi? Dia terbentur dinding kotak korek api. Ia
mencoba lagi, dan terbentur lagi. Terus begitu, hingga ia mulai ragu dengan
kemampuannya sendiri. Ia mulai berpikir, “Sepertinya kemampuan saya memang
hanya segini”. Kemudian lonpatannya disesuaikan dengan tinggi korek api. Aman.
Dia tidak terbentur kotak lagi. Saat itulah ia menjadi sangat yakin, “Nah,
benar kan? Kemampuan saya Cuma segini. Inilah saya!” Ketika kutu itu sudah
dikeluarkan dari kotak korek api, dia masih terus merasa bahwa batas kemampuan
lompatannya hanya setinggi kotak korek api. Sang kutu hidup seperti itu hingga
akhir hayat. POTENSINYA TELAH DIBATASI OLEH LINGKUNGANNYA.
Setiap orang memiliki rantai gajah dan kotak korek api yang
memenjarakan potensinya dan menghambat kemajuan dirinya. Apa yang menjadi
rantai gajah dan kotak korek api anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar