Total Tayangan Halaman

Minggu, 03 Mei 2015

Pertaruhan di Atas Kertas

Status: Sensing - Introvert

"Dengan ketekunan, orang bodoh pun dapat memindahkan sebuah gunung"
- Mao Tse-tung- 

Tiga tahun silam, paruh awal tahun 2012, merupakan tahun penuh perjuangan yang cukup memberi arti dalam hidup ini. Perjuangan itu dimulai sejak ultimatum berupa turunnya peringkat saya ke kepala-tiga-dari-empat-puluh-siswa di kelas pada akhir semester empat (tepatnya peringkat 33 dari 40 siswa di kelas). Performa buruk saya di bidang akademik sejak kelas X dan diperparah dengan performa yang semakin menurun hingga semester empat membuat saya memastikan diri untuk tidak akan mendapat SNMPTN Undian Undangan 2012. Bahkan, akan didaftarkan pun tidak, saya yakin itu. Dua tahun mengeluarkan biaya ekstra untuk mengikuti pendalaman materi di dua lembaga bimbingan belajar berbeda pun seakan tiada hasil yang optimal. Sesal disebabkan kelengahan dan kemalasan tidak dapat mengubah keadaan, bahkan alasan itu bukan alasan yang terlalu valid untuk saya. Kaderisasi, organisasi, sibuk berjualan di kelas, dan kesibukan lainnya juga bukan alasan yang bisa mengakhiri cemoohan orang lain yang mendengar keluhan saya. Hanya kemalasan (dan takdir) kah yang dijadikan kambing hitam atas buruknya rekam jejak selama di SMA Negeri 8 Jakarta?

Lupakan, lalu luapkan. Maksud saya, lupakan memori kelam selama empat semester itu, saatnya meluapkan segenap potensi untuk mengejar segala ketertinggalan ini. Perjuangan itu dimulai tahun 2011 pertengahan. Begitu kelas XII dimulai, tentu saja saya berusaha fokus, tancap gas, fokus untuk 80% ke SNMPTN Tertulis, sedangkan sisanya 10% untuk materi kelas XII, dan 10% untuk UN. Oleh karena itu, ujian harian (test formatif) dan nilai ujian semester (test sumatif) pada semester V masih tidak terlalu baik. Pencapaian nilai ujian formatif matematika yang tiga kali jauh tenggelam di bawah nilai KKM (75) serta rekor tak-pernah-lulus-ujian Biologi belum terpecahkan. Pelajaran bahasa jepang yang baru dipelajari pertama kali di semester ini juga cukup menjegal. Mengahafal huruf-huruf, kosa kata, dan percakapan dalam bahasa jepang cukup menyita waktu. Alhasil nilai bahasa jepang pun apa adanya. Lebih lagi, nilai ujian formatif kimia terburuk selama tiga tahun terakhir dicapai di semester V ini. Seperti semester-semester sebelumnya, tidak ada penyesalan dalam hasil yang dicapai, ya, masih bisa kami tertawakan bersama.

Polarisasi konsentrasi terhadap SNMPTN Tertulis 2012 sebenarnya membuat saya jauh lebih semangat dari semester lalu, namun hal ini membuat keadaan nilai di semester V agak terbengkalai, terlebih lagi ketika guru di sekolah tidak mempedulikan nasib anak didiknya di SNMPTN Tertulis (setangkap saya, guru memfokuskan dirinya untuk meloloskan anak muridnya sebatas untuk Ujian Nasional). Terkadang, saya menuntut lebih kepada guru-guru saya. Bentuk penuntutan itu adalah dengan cara mengunjungi guru-guru di ruang guru ke meja pribadinya, lalu meminta mereka untuk mengajari saya soal-soal SNMPTN Tertulis. Ada beberapa guru yang bersedia, menunda, dan menolak. Menolak dan menunda dengan alasan "sibuk" (maaf saya mau mengajar selepas jam istirahat ini, katanya). Bukan hanya di ruang guru, terkadang ketika guru memberikan tugas di kelas pun, saya curi-curi menanyakan soal-soal SNMPTN Tertulis ke meja guru di depan kelas.

Memang, saat itu sedang populer dengan istilah "ambis", sebuah istilah yang dapat menyebabkan psy war antar murid. terutama menjelang SNMPTN Undangan, yang notabenenya harus mendapat nilai setinggi mungkin di semester V ini agar didaftarkan ke SNMPTN Undangan. Bagi saya, itu bukan urusan saya, saya sudah menetapkan jalur sendiri, jalur yang masih sepi, yang kelak akan ramai juga diisi oleh pejuang-pejuang calon mahasiswa PTN lain yang terlempar dari jalur undangan.

Saya tak paham, banyak fenomena di sekolah saya saat itu yang menunjukkan bahwa kerja keras itu terkadang harus melanggar norma disiplin dan aturan yang berlaku, dan saya pikir itu merupakan contoh kecil dari tindak korupsi yang dapat dilakukan oleh anak-anak di zaman itu. Salah satu contoh perbuatan buruk itu adalah belajar pelajaran mayor (pelajaran yang akan diujian di UN, terutama MIPA) ketika sedang jam pelajaran minor (pelajaran yang tidak diujikan di UN). Maaf sekali, memang kebebasan adalah kebebasan yang bertanggung jawab dan tidak mengganggu orang lain, namun tidak menghargai guru di depan kelas adalah cara buruk untuk anak kelas XII untuk memberikan salam perpisahan mereka di tahun terakhir ini.

Secara keseluruhan, semester V itu seperti babak pertama pertandingan sepakbola final piala dunia: penting, penuh semangat, namun belum menentukan apa-apa. Peringkat di kelas pun tak berarti apa-apa. Positifnya, nilai try out SNMPTN Tulis saya lebih sering naik daripada turun, Alhamdulillah, progresif. Liburan akhir semester saya isi dengan mengunjungi Institut Teknologi Bandung pada tanggal 23 Desember 2011, bersama teman saya, Jamhari Hidayat. Sejak bulan november sebelumnya saya menetapkan pilihan PTN dalam SNMPTN Tulis saya adalah Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB (Jurusan Teknik Perminyakan) sebagai pilihan pertama, untuk pilihan kedua, masih saya pertimbangkan. Sebelumnya, november 2011, saya masih memilih Teknik Kimia UI sebagai pilihan utama, namun setelah saya membaca booklet ITB di ruang BK SMA Negeri 8 Jakarta, saya tertarik dengan FTTM ITB.

Institut Teknologi Bandung, 23 Desember 2011

Semester VI yang merupakan semester terakhir di program wajib belajar 12 tahun ini, diawali dengan pengumuman peringkat angkatan yang akan menentukan terdaftar-tidaknya dalam SNMPTN Undangan pada pertengahan Januari 2012. Dari 419 seangakatan, hanya 183 siswa yang akan didaftarkan. Saya tidak tertarik, tidak seperti orang lain yang ngarep undangan, saya hanya tertarik peringkat berapa saya di angkatan ini. Ternyata peringkat 256, lumayan jauh.

Akhir Januari 2012, pihak sekolah mulai gencar mengasah kemampuan siswa-siswanya untuk menghadapi SNMPTN Tertulis 2012 Ujian Nasional 2012. Bentuk programnya adalah berupa Tryout UN dan "terapi". Maksud dari "terapi" disini adalah dengan memisahkan siswa-siswa yang bermasalah dalam pencapaian nilai Try Out dari teman-temannya pada jam pelajaran non-UN ke ruangan khusus yang menjadi tempat siswa tersebut belajar secara privat dengan guru dari mata pelajaran yang bermasalah tersebut. Ini bagus karena tempat privasi dan perhatian khusus dari guru memang sangat dibutuhkan pada siswa ketika menjelang Ujian Nasional seperti ini.

Namun, korup tetaplah korup, kebiasaan buruk siswa-siswa muncul lagi di semester ini dengan menyusupnya siswa-siswa yang sebenarnya tidak membutuhkan terapi ke kelas khusus tersebut. Alhasil terkadang saya melihat kelas terapi yang ukurannya lebih kecil dari kelas biasa terlihat ramai. Saya akan terganggu jika saya jadi orang yang bermasalah itu. Oke, kembali fokus, kembali ke pilihan masing-masing, saya hanya menceritakan fenomena yang terjadi tiga tahun lalu.

Pilihan ya, saya teringat ketika kegalauan saya akan pilihan PTN berikutnya membuat saya menjadi orang yang tidak tegas. Februari 2012, saya mempertimbangkan FTI ITB untuk disandingkan dengan FTTM di kartu ujian SNMPTN Tulis nanti. Namun rasanya berat sekali beban yang akan diemban ketika menempuh ujian SNMPTN Tulis nanti jika duet itu saya pasang mengingat FTTM ITB dan FTI ITB cukup banyak peminatnya -cukup favorit-. Lalu pikiran saya beranjak ke FMIPA ITB, namun entah bagaimana dan mengapa, ibu saya sepertinya kurang setuju. Saya urungkan kembali. Lalu, ketika musim ujian praktik Maret 2012, muncullah ide untuk mengambil Teknik Kimia UGM, saya pikir itu pilihan yang cukup menantang. Saya simpan pilihan itu dalam wacana pribadi.

Menentukan Pilihan, 9 April 2012

Buat saya, entah bagi yang lain, masa-masa ujian parktik adalah masa-masa paling berat dalam semester VI saat SMA. Beban yang diemban dalam pikiran, saya pikir, melebihi Ujian Nasional. Ujian praktik yang memiliki porsi beban ekstra menurut saya adalah mata pelajaran Olahraga dan Kimia. Praktikum titrasi asam basa dan redoks membuat saya frustasi dalam menghafal resep/dosis reaktan (saat itu saya mendapat Titrasi Redoks: Permanganometri). Praktikum olahraga sebenarnya seru juga, namun beban mental dan persiapan rutin yang dilakukan cukup menyita perhatian disamping fokus Ujian Nasional dan SNMPTN Tertulis. Hampir tiap hari kami melakukan persiapan berupa latihan, bahkan hingga malam, di sekolah. Bentuk praktikumnya sederhana saja: Senam kreasi satu kelas selama 20 menit hingga 30 menit, ditonton seluruh masyarakat penghuni sekolah. Ambisi untuk tampil dengan totalitas membuat kesederhanaan itu memudar. Kami tampil cukup luar biasa dan dengan properti yang cukup "niat". Kelas saya, XII IPA G, tampil pada tanggal 16 Maret 2012, pagi.

Dengan ujian praktikum seperti itu, bagaimana dengan try out UN? Cukup. Ya, sebatas cukup untuk lulus UN nilai-nilai try out UN saya rata-rata sekitar 50-70, cukup jika target saya sebatas lulus SMA. Namun pihak sekolah mungkin punya target lain daripada sekadar 100% lulus, yakni meraih nilai rata-rata UN tertinggi se-Jakarta atau Indonesia, mungkin. Namun, dari 6x try out, Alhamdulillah, hasilnya kebanyakan naik turun, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Namun nilai yang seperti itu sedikit menurunkan kepercayaan diri saya untuk menghadapi UN. Mungkin saja soal UN lebih mudah daripada soal try out. Begitulah saya menghibur diri saat itu.

Akhirnya, 16 April 2012, saya dan siswa kelas XII lain di seluruh Indonesia menempuh Ujian Nasional, ujian evaluasi, untuk mengevaluasi apa yang telah kami pelajari selama tiga tahun terakhir. Terkadang kepercayaan diri dan tekad untuk totalitas tumbuh ketika panggung telah terpijak. Dengan kepercayaan diri dan kepasrahan, akhirnya enam mata pelajaran itu dilalui dalam empat hari. Saya rasa suasana di ruang ujian tidak perlu diceritakan karena ya begitu-begitu saja.

Pasca UN, orang tua saya kembali mengajukan keberatan atas pilihan saya akan Teknik Kimia UGM, dengan alasan jarak. Kembali saya diyakinkan oleh orang tua saya. Saya pertimbangkan banyak hal, segala kemungkinannya, hingga pada tanggal 16 Mei 2012 saya mendaftarkan diri sebagai peserta SNMPTN Tertulis 2012. Pilihan saya adalah: 1) FTTM ITB, dan......2) Teknik Kimia UI. Ya, Teknik Kimia UI, sebuah pilihan yang sejak tujuh bulan yang lalu saya lengserkan dari pilihan utama saya. Tidak hanya formasi untuk menghadapi SNMPTN Tertulis, strategi untuk SIMAK UI dan SMUP Unpad pun saya tetapkan dan saya rilis.

SNMPTN Tertulis 2012:
1) Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB
2) Teknik Kimia UI

SIMAK UI 2012:
1) Teknik Kimia UI
2) Teknik Material dan Metalurgi UI
3) Teknik Elektro UI

SMUP Unpad 2012:
1) Pendidikan Kedokteran Unpad
2) Farmasi Unpad

Kartu Peserta SNMPTN Tertulis 2012, 12 Juni 2012

Strategi tiga lapis ini membuat saya semakin semangat dalam mempersiapkan diri. Bahkan, selama masa intensif SNMPTN di bimbingan belajar pun, saya dan teman saya beberapa kali menginap (bergantian) untuk belajar bersama (teorinya, kenyataannya, seringkali hanya diisi dengan mengobrol dan tidur, bahkan saya lebih dulu tidur daripada teman saya). Tiap hari ke sekolah untuk intensif, tiap akhir pekan try out, terus-menerus memperbaiki kesalahan, sekecil apapun di setiap try out. Evaluasi diri setiap pasca try out memang penting. Saya tidak terlalu muluk-muluk soal kesempurnaan ketika mengerjakan soal try out: cukup tidak mengulangi minimal satu kesalahan saja yang terjadi pada try out sebelumnya. Setiap try out, saya tidak meminta soalnya akan mudah, tidak ingin 100% terjawab dan benar semua, hanya itu yang saya mau. Memperbaiki diri sedikit demi sedikit. Itu saja sudah membuat saya puas. Jika nilai try out saya naik satu poin pun, saya akan sangat mengapresiasinya, tidak serta merta "doh, belom nyentuh passing grade *stress*". Sikap kurangnya mengapresisasi diri sendiri membuat orang akan terbudaki oleh dirinya sendiri, tidak bahagia dalam menjalani sebuah jalan berliku.

Sekitar lima pekan setelah Ujian Nasional, tibalah saatnya pengumuman hasil Ujian Nasional. Alhamdulillah, sekolah saya bukanlah sekolah yang memiliki budaya negatif ketika pengumuman hasil Ujian Nasional. Bahkan, momen yang diselenggarakan di sekolah ini cenderung sepi, seakan tidak terlalu antusias dengan pengumuman yang menentukan ini. Sekolah saya tahun ini meraih angka kelulusan 100%, Alhamdulillah. Akhirnya predikat "lulusan SMA" sudah ditangan.

Entah harus senang atau sedih (namun tidak iri), pekan depannya adalah pengumuman SNMPTN Undian Undangan. Separuh teman-teman saya seangkatan sudah memastikan diri mendapatkan PTN sesuai tujuannya masing-masing. Saya bertekad "07 Juli bagiku adalah hari ini bagi kalian". Beberapa hari kemudian adalah wisuda SMA di Gedung Balai Sudirman, Jakarta Selatan. Banyak wajah yang lebih bahagia dari siswa-siswa yang lain karena mereka telah dalam "posisi aman" (sudah mendapatkan tempat kuliah). Saat itu adalah dua pekan sebelum SNMPTN Tertulis diselenggarakan. Semua "amunisi akan siap diluncurkan pada waktunya".

Pada 12 Juni 2012, pukul 05.30 pagi, saya datang ke SMA Negeri 68 Jakarta, tempat saya akan mengerjakan soal ujian SNMPTN Tertulis selama dua hari ke depan. Hari masih gelap, ruangan masih terkunci. Saya sudah beradaptasi dengan tempat ini karena sudah saya survey sehari sebelumnya. Survey lokasi ujian ini penting terutama untuk lokasi yang asing bagi kita. Dua jam menunggu dengan keringat dingin, akhirnya pertempuran dimulai. Untuk hari pertama adalah TPA dan TKD (Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris). Setiap keraguan dalam menjawab saya hilangkan. Saya jawab tanpa kekhawatiran poin +4 maupun -1 (kecuali untuk soal yang belum saya baca). Hari kedua untuk Saintek (Matematika IPA, Biologi, Fisika, dan Kimia) tidak terlalu menegangkan, lebih rileks walaupun lebih sulit. Ketenangan tetap diutamakan. Pasrah rasanya ketika SNMPTN Tertulis ini berakhir. Namun, kelengahan tetaplah musuh nomor satu. Masih ada lapis kedua yang harus diperjuangkan, dan ini lebih sulit daripada SNMPTN Tertulis: SIMAK UI.

Alangkah bosan rasanya ketika anda diminta menganggur selama 3,5 pekan untuk menunggu pengumuman yang menegangkan itu. Lebih baik waktu luang itu diisi dengan belajar intensif SIMAK UI. Saya berusaha untuk serius walaupun ada rasa angin-anginan sedikir dalam diri ketika belajar SIMAK UI dan mengikuti try outnya secara rutin setiap pekan. Mungkin ini yang dirasakan oleh anak-anak Undangan ketika mengikuti try out SNMPTN Tertulis sebelum pengumuman SNMPTN Undangan. Apa boleh buat, saya akhirnya memposisikan diri saya seolah-olah "tidak akan lolos SNMPTN Tertulis". Semangat saya kembali hidup.

H-1 Pengumuman SNMPTN Tertulis, 5 Juli 2012

SIMAK UI yang dilaksanakan H+1 Pengumuman SNMPTN Tertulis (6 Juli 2012, sebelumnya dikabarkan 7 Juli 2012), yakni tanggal 7 Juli 2012 membuat saya membayangkan akan se-ngedrop apa saya kelak ketika malam sebelum tanggal 7 Juli 2012. Ketakutan tak-wajar itu agaknya mengganggu juga. Lebih lagi jika membayangkan jika gagal di SIMAK UI kelak, maka harus berjibaku untuk merebut kursi di Unpad (FK atau Farmasi). Hidup itu sulit jika dibayangkan.

Pada 6 Juli 2012, maghrib, pengumuman secara online dibuka. Server sepertinya sedang penuh ketika saya mencoba untuk mengakses dan memasukkan nomor ujian saya. Gagal, gagal, dan gagal log in. Sabar, optimisme, pesimisme, ketakutan, harapan, dan penasaran bermanifestasi menjadi keringat dingin dan tangan yang gemetar. Menjelang isya, saya akhirnya berhasil log in. Saya lihat hasilnya, membuat saya agak jantungan, ternyata........
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alhamdulillah,
FTTM ITB
:')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar