Total Tayangan Halaman

Sabtu, 30 Mei 2015

Inelastisitas Waktu

Status: Thinking - Judging

Jam ngaret, adalah suatu istilah umum yang digunakan orang Indonesia kepada suatu kondisi dimana agenda yang dijadwalkan berjalan terlambat. Dari anak-anak, remaja, hingga dewasa, banyak yang menganut paham indispliner ini. Tak cuma pelajar dan pengangguran, bahkan pejabat penting pun banyak yang tak sensitif terhadap ketepatan waktu. Sebenarnya apa yang menyebabkan mereka tidak tepat waktu? Secara garis besar, dari pengalaman, saya mengelompokkannya menjadi dua sebab: ketidaksadaran dan individualisme.

1. "Kenapa gue telat? hahaha, emang sengaja. Emang gue di agenda ini sebagai apa? gak penting-penting amat, jadi gak masalah kan?"
Itu adalah pengakuan pertama mengapa seseorang telat: Kurang dianggap penting dalam agenda itu. Kalau bahasa hiperboliknya "saya hanya ampas tahu yang bercampur keringat pembuatnya". Salah satu sebabnya adalah karena dalam agenda tersebut, telalu banyak orang yang terlibat, sehingga ia merasa hanya satu dari sekian banyak orang yang diundang ke agenda tersebut. Ia merasa kehadirannya dan ketidakhadirannya tidak akan berdampak apa-apa dalam agenda tersebut. Rendah hati itu bagus, rendah diri itu kurang bagus, namun merasa sekecil debu sehingga kesalahannya tidak akan dianggap fatal adalah suatu kesalahan.

2. "Orang lain lebih butuh gue daripada gue butuh dia"
Alkisah....
A: "Gue minjem kalkulator dong besok jam 6.30, gue ujian jam 07.00 dan kalkulator gue ilang. Ketemu di tempat X ya"
B: "ya"
*esoknya*
*B baru datang ke tempat perjanjian 6.45*.
A: "Kok lo telat sih?"
B: "Lo ini ye, udah minjem, protes pula. Masih untung gue kasih"
Sikap B menunjukkan bahwa ia tidak peduli dengan nasib A. Tidak ikhlas membantu. B merasa bahwa A lebih butuh dia daripada sebaliknya, sehingga B merasa bisa sewenang-wenang dalam mengambil keputusan (telat atau tepat waktu). Hal semacam ini juga sering terjadi pada pembicara-pembicara seminar yang sering datang telat dari perjanjian antara dia dan panitia acara.

3. "Agenda tidak penting buat saya"
Mungkin orang yang telat itu merasa agendanya tidak penting dan tidak menyenangkan (serta tanpa tekanan), maka dari itu langkahnya dari rumah ke tempat perjanjian pun sesuai dengan niat dalam hatinya. Misalkan sekolah mengadakan study tour ke luar kota. Orang yang gak terlalu niat cenderung bakal melambatkan dirinya dalam bersiap-siap dan melangkah.
Jangankan ketika ia sibuk (memprioritaskan hal lain), ketika ia lowong pun, jika tidak niat, jangan berharap bisa datang on time.

4. "Selow mah sama temen sendiri, paling ditungguin"
Kekeluargaan! Ah ya, itu suatu nilai yang dapat menjadi bumerang bagi suatu kelompok. Rasa nyaman satu sama lain dalam suatu kelompok pertemanan, hingga akhirnya mereka pun nyaman berbuat kesalahan kepada "keluarganya" yang tidak bisa ia perbuat dengan orang lain seenaknya tanpa rasa bersalah sedikit pun. Salah satunya adalah disiplin waktu. Ya, terkadang teman jadi makhluk yang sangat pemaaf untuk segala kondisi-kondisi remeh (salah satunya adalah ketepatan waktu). Bukan tidak mungkin janjian jalan-jalan dengan kawan-kawan anda yang dijadwalkan berangkat pukul 07.00, baru full team pukul 11.30 tanpa rasa resah sedikitpun.

5. Udah kebiasaan, susah diubah.
Alasan klasik nan fatal, tak perlu dijelaskan.

6. Kesiangan.
Alasan klasik nan kadaluarsa, pikirkan sendiri.

Sekian, maaf kalau kata-katanya tidak menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dengan benar. Kalo ada tambahan lain, nanti saya edit (kapan-kapan).

Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar