Total Tayangan Halaman

Senin, 09 Februari 2015

Anak Perempuan itu Bukan Milik Orang Tua (Lagi).....

Status: Feeling - Intuition

Setiap anak lahir adalah kebahagiaan yang tiada tara bagi orang tuanya, tidak terkecuali apakah anak itu laki-laki atau perempuan meski ada juga yang menganggap anak laki-laki lebih diharapkan sebagai pewaris keturunan. Akan tetapi sejatinya harus seimbang antara anak laki-laki yang lahir dengan kelahiran anak perempuan agar dunia ini dapat berlangsung dengan nomal. Bayangkan saja jika semua yang lahir itu laki-laki atau sebaliknya, apa yang akan terjadi?. Keadaan itu bisa menjadi tanda-tanda buruk. Alhamdulillah Allah akan melangsungkan dunia ini secara normal hingga batas waktunya kelak kiamat tiba.
Seorang anak perempuan yang lahir akan dirawat oleh orang tuanya, terutama Ibunya jauh lebih detil dibanding perawatan anak laki-laki. Embel-embel nya lebih banyak dan cara penanganan juga lebih halus dan otomatis akan memakan biaya yang juga lebih tinggi. Mengapa demikian? Karena wanita itu lebih spesial dan memiliki karakteristik yang oleh sekitarnya memiliki aura untuk lebih diperhatikan. Tidak sembarangan menangani anak perempuan, bahkan Ayahnya sendiripun sangat terbatas aksesnya untuk menangani anak perempuan. Terlebih lagi, seorang ayah akan menjadi salah satu penanggung dosa anak wanitanya, terutama jika ia tidak menutup auratnya dengan sempurna.
Akan tetapi, tahukah Anda, sebesar apapun usaha dan biaya yang dikeluarkan orang tuanya pada anak perempuan mereka, tapi sebenarnya mereka sedang merawat dan mempersiapkan anaknya itu untuk dimiliki orang lain yang sama sekali tidak dikenal dan tidak memiliki kontribusi pada mereka? Dialah calon suami si wanita. Bukan hanya tidak memiliki, bahkan haknyapun sudah tidak punya jika anak wanitanya itu sudah berstatus istri dari suaminya. Itulah sebabnya kenapa seorang wanita yang akan menikah wajib mendapat restu dari orang tuanya.
Coba bayangkan saja.......
Sejak kecil hingga menjadi wanita dewasa, berapa banyak usaha yang dikeluarkan orang tua bagi anak perempuannya (anak laki-laki pun demikian juga). Jika dikalkulasi dengan uang, sekecil apapun usaha itu akan memakan biaya lebih dari ratusan juta rupiah hingga dia dewasa. Tiba-tiba hanya berbekal mas kawin 5 gram emas beserta seperangkat alat shalat yang jika di total hanya senilai maksimal 5 juta rupiah, si anak sudah berganti pemilik dari orang tuanya ke suami si anak wanita itu. Adilkah?
Coba kita telaah sedikit sebab orang tua harus memberikan pendidikan terbaik dan segalanya bagi semua anak-anaknya termasuk anak perempuan mereka. 
Semakin besar usaha yang diberikan orang tua kepada pada anak wanitanya, semakin tinggi didikan dan pendidikannya terutama pendidikan agamanya, maka orang tua sama saja sedang menyiapkan anak wanitanya untuk dimiliki oleh seorang laki-laki yang setara atau lebih baik dari anaknya. Itu hukum alam, sunnatullah. Orang baik akan selalu bertemu dengan orang baik lainnya dan orang yang kurang baik akan bertemu dengan orang yang sejenis. Apakah ada orang tua yang mau melihat anak wanitanya bertemu seorang laki-laki tidak diharapkan? Tentu tidak bukan?
Meskipun akhirnya wanita itu 'balik nama' pindah kepemilikan hanya dengan mas kawin yang murah itu, tapi ternyata kepemilikan itu diiringi juga dengan kewajiban yang justru lebih berat dan lebih besar. Kewajiban seorang laki-laki untuk membawa istrinya ke arah yang benar dengan cara yang baik. Kewajiban sang suami untuk meberi nafkah lahir dan bathin secara terus menerus sepanjang hidup dan memastikan agar istrinya dapat berperan menjadi pemimpin, guru, teman, dan profesi lain di rumah ketika suaminya tidak ada. Dan ini tidaklah mudah. Itu sebabnya seorang istri wajib mentaati suaminya selama semua kebutuhan itu terpenuhi. Adilkah ? Ya, Allah memang Dzat Yang Maha Adil.
Dalam kondisi ini semua orang harus dapat meningikan tingkat penerimaannya. Setiap anak manusia harus dapat menempatkan sesuatu secara proporsional, karena semua itu ada alasan dan hikmahnya. Enhanced the Level of Acceptance.

4 komentar:

  1. Yang baik akan mendptkan yg baik pula. Terus klo yg tdk baik berubah n bertobat menjdi lebih baik apakah bisa jg mendptkan yg baik?

    BalasHapus