Total Tayangan Halaman

Senin, 23 Februari 2015

Who Wants To Be a "Gaul" Person

Status: Thinking - Introvert

Hari ini, saya ingin menceritakan apa yang saya lihat dari lingkungan saya, lalu saya analisis, yakni tentang pergaulan. Memang bisa dibilang bergaul adalah kebutuhan dan naluri manusia sebagai makhluk sosial. Tiada hari tanpa berinteraksi dengan orang lain kecuali anda pingsan seharian di dalam kamar yang terkunci rapat dan tiada orang yang mencari anda. Interaksi ini, tidak lain tidak bukan, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan lahir maupun batin. Berinteraksi untuk menolong orang lain pun juga memenuhi kebutuhan: kebutuhan batin, kebutuhan pahala. Memang, kebahagiaan bisa ditemukan ketika kita berbagi.

Oke, kembali fokus ke pergaulan. Pergaulan itu, selain dapat memenuhi kebutuhan (keuntungan), juga dapat menyebabkan kerugian, terutama jika kita tidak pandai bergaul. Betapa banyak penyakit sosial di masyarakat yang mewabah yang ditularkan oleh pergaulan. Maka dari itu, saya mengklasifikasikan orang yang tidak pandai bergaul ada dua tipe: orang yang menutup diri dan orang yang mudah terpengaruh buruk oleh lingkungan.

Pertama adalah orang yang menutup diri. Biasanya orang ini tipe introvert, biasanya, sepengelihatan saya. Ada banyak alasan mengapa seseorang menutup diri dengan rapatnya sehingga keberadaan dan ketidakadaannya itu seolah tidak diketahui oleh masyarakat sekitar. Salah satu alasan (yang mengganjal di pikiran saya) yang membuat saya berpikir untuk membuat tulisan ini adalah "saya tidak nyaman, lingkungan pergaulan saya buruk, saya khawatir terpengaruh negatif itu meracuni saya". Alasan ini membuat saya berpikir bahwa orang ini bukanlah tipe pendiam, saya percaya itu, hanya memiliki sentimen negatif terhadap lingkungan. Ketika orang semacam ini berada di lingkungan yang tidak sesuai idealisnya, maka ia cenderung memiliki self-resistant terhadap lingkungannya. Sebagai gantinya, orang ini akan membuat semacam "lingkaran kecil" di dalam "lingkaran setan" yang besar. Lingkaran kecil yang dimaksud adalah lingkaran pergaulan kecil yang berisi hanya orang-orang yang sepaham dengannya dan orang-orang yang bisa ia percaya. Ia akan cenderung terbuka di dalam lingkaran kecil itu. Saya pikir orang semacam ini tidak pandai bergaul karena menutup diri bukanlah solusi yang tepat untuk menjaga diri (Ngomong-ngomong, saya sepertinya termasuk tipe ini).

Kedua adalah orang yang mudah terpengaruh buruk oleh lingkungan. Orang ini umumnya extrovert (saya bilang umumnya). Orang semacam ini bisa berubah sikap dan sifatnya sewaktu-waktu, tergantung dimana ia bergaul. Mungkin tujuannya adalah untuk adaptasi sementara, namun bisa jadi yang dilakukannya membuat sifat dan karakternya berubah secara permanen. Salah satu faktor penyebab "salah gaul" ini adalah culture shock. Sebagai contoh, orang yang dari pedesaan yang pergi ke kota untuk mengadu nasib (bekerja) atau kuliah, cenderung menganggap "apapun yang ada di kota itu keren". Akibatnya, ketika ia mulai bergaul denga orang kota, ia akan senantiasa mengikuti kebudayaan orang kota, apapun itu, baik maupun buruk. Mulai dari perkataan, fashion, makanan, dan lain-lain. Bukan tidak mungkin, sifat genetisnya akan hilang total akibat pengaruh lingkungan. Maka dari itu, ketika berprinsip, beranilah untuk mengatakan tidak ketika diperlukan. Orang yang prinsipnya lemah akan tergerus oleh arus buruk pergaulan. Contoh lebih sederhana lagi adalah rokok. Orang yang sudah paham dan yakin akan keburukan rokok, akan berani mengatakan tidak ketika ditawari rokok oleh temannya yang merokok. Saya yakin, pertemanan mereka tidak akan runtuh hanya karena menolak tawaran itu. Namun bagi orang yang tidak yakin akan bahayanya, tergoda oleh hawa nafsunya, terlebih jika sudah terbiasa menghirup asap rokok di rumah, tidak paham ilmu dalam bergaul, akan mudah sekali terjerumus. Pikirkanlah pula batasan dalam bergaul.

“Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya”
(H.R. Abu Daud dan Tirmidzi)

“Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya seraya berkata : “Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku tidak mengambil fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an sesudah Al Qur’an itu datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia”
(Q.S. Al-Furqan: 27-29)

Sebagai penutup, saya sarankan beberapa hal:
1. Bergaullah dengan semua orang, namun tetap miliki prinsip yang teguh. Setiap orang memiliki peristiwa yang bisa kita ambil hikmahnya.
2. Dalam bergaul, matangkanlah ilmu anda soal haq dan bathil, serta halal dan haram. Jika tidak, anda akan mengikuti apapun "apa kata teman", baik itu sesuatu yang benar maupun salah.
3. Jadilah seumpama bubuk kopi. Bubuk kopi memiliki kelarutan yang rendah dalam air hangat. Ya, orang yang pandai bergaul tidak mudah larut dalam pergaulan. Namun kita lihat sifat bubuk kopi ini. Meskipun kelarutannya rendah, ia tetap dapat mengubah aroma air hangat menjadi harum. Begitulah seharusnya orang dalam bergaul. Meskipun tidak larut dalam pergaulan, orang harus bisa mempengaruhi lingkungannya menjadi lebih baik.

-Sekian, tulisan dadakan yang diproses tanpa seorang editor-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar