Status: Feeling - Thinking
"Bravo, masuklah", suara itu terdengar dari dalam ruangan berpintu kayu itu, meskipun derasnya hujan, tidak mampu menutupi suara lantang itu.
"Baiklah, Alpha", kata Bravo membuka pintu, agak berderit sedikit.
"Duduklah"
Bravo duduk di kursi reot dalam ruangan itu.
"Tahukah?", Alpha memulai. "Mengapa aku menerimamu di ruanganmu? Aku bahkan tidak memintamu untuk ke sini, kukira, eh?"
"Aku tak tahu, tapi aku memerlukan sesuatu.....", Bravo berkata dengan percaya diri di ruangan agak remang tersebut.
"Intuisi", potong Alpha, "selalu benar, Bravo, kau tahu? Kamu adalah kawanku.... yang lebih aku percaya daripada firasatku. Jika kamu punya masalah, akan ku bantu. Itu sudah kemauanku, Bravo, jangan kau melarangku. Bukan, bukan karena kamu harus percaya aku, tapi karena aku mempercayaimu, sekali lagi. Ah, silahkan masuk, Charlie, jangan sungkan, Delta. Masih ada bangku kosong untuk kawanku"
Pintu terbuka, dua orang memasuki ruangan. Wajah mereka tersenyum akrab kepada Bravo dan Alpha. Memang, bisa dikatakan bahwa empat orang ini adalah empat serangkai, yang membentuk ikatan kuat antar manusianya. Saling mengenal seperti mereka mengenal ibu mereka sendiri.
Mereka duduk. Terdiam sesaat. Kemudian Charlie memecah keheningan.
"Begini Alpha, kita harus mendiskusikan...."
"You are my decision maker, Charlie. Aku hanya penasehatmu, lebih dari itu adalah pelanggaran bagi organisasi kita.", kata Alpha memotong lagi, dengan tenang. "Delta, kau mau minum soda?"
"Kau mengatakannya, membuatku menginginkannya, Alpha", kata Delta. Ia kemudian mengambil beberapa gelas dan sebotol soda, menuangkannya untuk dirinya dan tiga orang kawannya.
"Cinta, Pemimpin, dan Pergaulan, benarkan, eh, Bravo, Charlie, dan kau, Delta?", kata Alpha tenang sambil kemudian meneguk sedikit gelas soda miliknya.
Bravo, Charlie, dan Delta terdiam, tertunduk, sedikit mengangguk.
"Aku mengenal kalian seperti masing-masing kalian mengenal tiga orang lainnya di dalam ruangan ini, jangan berpura-pura, santai saja, mengapa bermuram begitu?", lanjut Alpha.
"Bravo. Cinta kepada seorang wanita itu hanya bisa dibuktikan dengan menikah, kau tahu itu kan. Sama sekali tidak valid jika hanya membuktikannya dari pemberian seisi dunia atau sekadar rangkaian kata. Tidak, Bravo, sikap romantis itu bukan sikap seorang pria yang jantan. Tidaklah sama. Hanya mendatangi orang tua atau walinya lah yang dapat membuktikan bahwa kau benar-benar mencintainya. Akan kutarik kata-kataku barusan, Bravo, setelah kubicara dengan Charlie dan Delta"
"Charlie. Izinkan aku mengoreksi. Bukan kepemimpinan, melainkan lebih ke soal organisasi dan kerjasama tim, bukan? Organisasi akan menjadi lebih baik, Charlie, bukan sekadar mengolah anggotanya menjadi sesuatu yang kau sebut hasil. Kamu tahu itu, seperti aku memahamimu. Tujuan yang bersifat siklik, hanya akan membuat organisasi jalan di tempat, seperti roda gigi yang tejebak di dalam mesin, untuk menghasilkan sesuatu. Itu membuat sebuah organisasi tidak hidup, seperti mesin. Organisasi hanya akan menjadi bulan-bulanan anggota yang memiliki tujuan yang berbeda-beda, yang jumlahnya seperti jumlah simeti lipat dari roda gigi tersebut, tak terbatas, namun mengaku sama, mengaku satu. Itu berbahaya. Kita -aku tidak mengharapkan kukatakan kamu-, harus fokus pada tujuan yang disepakati, berapapun generasi yang akan mengerjakannya. Progresif."
"Delta. Sebagai kawanku yang muda, pikirkanlah, mencari jati diri adalah hal berbahaya, seperti mencari gading gajah India yang tak retak: sulit, berbahaya, dan dapat menjadi kesalahan fatalmu yang dapat membunuhmu, ah tidak, lebih buruk daripada itu, membunuh karaktermu, sebelum berkembang. Ketika kau menemukannya pun, kau tak tahu apakah dia gajah afrika atau gajah india. Serba rancu, karena itulah kau dalam perjalananmu di tengah hutan, bertanya pada penduduk hutan, yang bodoh, kadang menyesatkanmu. Namun, teman perjalanan yang bodoh, lebih berbahaya daripada musuh yang pintar. Mengapa? Sebab, teman yang bodoh akan menjerumuskanmu ke jurang, padahal niatnya terlihat tulus ikhlas menjalin persahabatan yang baik dan menyenangkan. Berhati-hatilah dalam memilih kawan dalam perjalanan mencai jati diri, kawan."
"Bravo. Sesuai janjiku beberapa menit lalu, aku akan sedikit menarik kata-kataku. Menurutku, aku akan menanyakan suatu hal sebelumnya, Mengapa kau mencintainya dan membuktikan rasa cintamu? Apakah dapat dilakukan jika cinta itu kau rasakan baru setelah kau menikahinya? Kau harusnya curiga kepada dirimu sendiri ketika kau mengaku memiliki rasa cinta sebelum kau membuktikannya. Menikah itu, menurutku, bukan hanya membuktikan bahwa ada cinta yang akan berkembang kepada orang lain (istrimu), melainkan itu membuktikan pula kepada dirimu sendiri. Jangan bohongi dirimu sendiri, Bravo. Banyak orang terlena akan cinta. Cinta itu fitrah yang selalu menjadi fitnah, jika dirasakan sebelum menikah. Pahami itu, Bravo. Trust me"
"Charlie. Apakah kamu pikir, mana yang lebih diutamakan, loyal pada organisasi atau loyal pada pemimpin? Tentu saja orang akan cenderung loyal kepada diri sendiri. Di dalam hati terdalam, orang akan loyal kepada diri sendiri dengan cara melarikan diri dari organisasi, jika keadaan organisasi dan pemimpinnya dapat membahayakan dirinya, sekecil apapun bahayanya. Jangan konyol soal loyalitas, Charlie. Kau harus membuat anggota dalam organisasi ini senyaman mungkin agar dapat bekerja secara optimal tanpa memikirkan apa yang akan mereka dapatkan. Jika diri mereka merasa aman, mereka akan melonggarkan loyalitas kepada diri sendiri kemudian meningkatkan loyalitas kepada organisasi. Aku minta maaf jika aku kurang kongkret, Charlie, tapi itu bisa menjadi petunjuk dalam hidupmu di organisasi ini"
"Delta. Kamu harus sadari bahwa dalam bergaul, prinsip adalah hal mendasar yang wajib dimiliki setiap manusia, sepolos apapun. Walaupun kita sering menyebut orang polos seakan tidak tahu cara memegang prinsip dan menyikapi gangguan akan prinsipnya itu. Ketahuilah, Delta, dalam memegang prinsip, itu seperti memegang bara api dalam sebuah tanur. Namun, kau tahu, apa yang dapat mendinginkan itu semua? Secara teknis, cuek akan menjawabnya. Jika ada segerombol manusia yang mengajakmu berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan prinsipmu, sikapilah dengan santai, bercanda, bahkan jadikan penolakanmu sebagai guyonan yang akan mendinginkan hatimu yang sedang akan tergoda. Mudah, Delta. Jangan terbawa perasaan. Kau memiliki do and don't dalam sebuah Standard Operating Procedure dari prinsipmu. Belajarlah disiplin pada dirimu sendiri."
"Bravo. Aku akan memberikan suatu pemikiranku yang ideal, berupa analogi tepatnya, namun tidak pernah proporsional jika dilakukan oleh siapa pun, bahkan mungkin oleh kamu sendiri. Menikah itu seperti membeli mangga. Penanam sekaligus pedagangnya adalah sang orang tua atau wali sang wanita. Dia merawatnya sejak kecil, melindunginya dari serangan hama, dan mendo'akannya semoga mangga-mangganya kelak menjadi buah yang bermanfaat bagi orang lain dan cocok dengan lambung dari orang yang akan memakannya. Kamu paham, akan ada seorang pemuda yang menginginkan sebuah mangga dari bapak itu, namun ia belum siap membelinya, belum punya uang atau sebagainya, katanya. Ia setiap hari memandangi pohon mangga-mangga itu, lama kelamaan mulai mendekati pohon itu. Kamu tahu, bagi bapak itu, pemuda itu tidak lain ada dua kemungkinan: pencuri atau hama. Dalam denotatifnya, pemuda tersebut adalah orang yang berpacaran dengan sang wanita (maling) atau teman-teman pergaulannya yang menjerumuskannya (hama). Haruskah aku menjelaskan hal itu untukmu, Bravo? Intinya, kamu akan seperti maling dan hama, jika kamu terlalu mengidam-idamkannya terlalu lama bahkan hingga tergila-gila. Jika benar kau belum sanggup, bertahanlah, mapankanlah. Jika sudah sanggup, datangilah bapak itu baik-baik, dan pilihlah yang sudah matang dan terbaik. Jika kamu mengidam-idamkannya sejak dari pohon, kau akan mendapatkan kekecewaan besar, jika mangga yang kamu incar ternyata membusuk sebelum siap panen, dicuri orang lain atau dibeli orang lain."
"Charlie. Jumlah anggota itu penting demi efisiensi dan kenyamanan bekerja sama, Charlie. Saya cukup yakin, positif, rasa memiliki suatu organisasi akan cenderung sulit ditanamkan pada jumlah anggota besar. Akan selalu ada orang-orang yang dominan, satu-dua-tiga, segelintir, koleris, yang akan selalu merasa memiliki organisasinya. Biasanya mereka akan dianggap pimpinan, bos besar, tuan tanah, atau istilah apapun yang berkembang dalam menyebut majikan dalam zaman feodal oleh anggota-anggota lain yang berjumlah banyak itu. Aku tidak bicara apakah semua orang senang dengan kelompok kecil atau kelompok besar, tidak, ini hanya berdasarkan sepengelihatanku yang rabun, Charlie. Jumlah anggota juga penting untuk meratakan kedekatan emosional seorang pemimpin terhadap anggotanya. Apakah kau sudah paham dengan perasaan, kebutuhan, keinginan, harapan terdalam, dan jalan berpikir dari setidaknya seratus orang temanmu di luar sana, Charlie? Kujamin tidak sepenuhnya. Hanya beberapa. Jangan berandai akan memahami anggotamu yang luar biasa banyak, jika memahami semua orang yang kau anggap teman saja kau tak mampu. Jagalah tim ini tetap kecil, Charlie, agar kau memahaminya, satu per satu, hingga kau mengenal cara berjalan setiap anggota. Jika demikian, kau akan memahami dirimu sendiri sehingga kau tak salah arah, dan anggotamu akan memahamimu dan membantumu untuk memahami dirimu."
"Delta. Penting bagiku untuk memberitahumu hal ini. Tidak penting apakah seseorang lebih senang bergaul dengan sedikit orang atau banyak orang, namun ia harus menciptakan zona nyaman dalam pergaulannya. Akan kuberikan apa yang disebut dengan Lingkaran Pergaulan. Kau tentu akan protes dengan istilah zona nyaman yang kuberikan bukan? Delta, zona nyaman yang kumaksud, lebih cenderung kepada sebuah zona pergaulan yang berisikan orang-orang kepercayaanmu, sahabatmu, yang akan mendukung prinsipmu, menjaga prinsipmu, dan siap mengembalikanmu kepada jalan yang sesuai dengan prinsipmu, terutama setelah kamu cukup lama bergaul dengan orang yang dengan sengaja atau tidak sengaja siap menjerumuskanmu. Lingkaran ini tempatmu kembali, Delta. Mereka itu seperti susu murni yang siap menetralkanmu setelah kamu memasuki ruangan asam sulfida. Jika kau tidak memilikinya, kau akan berada pada suatu persimpangan, rasa bimbang akan merajaimu dalam kesendirian, atau bahkan, yang akan lebih parah, kau akan tanpa ragu terjerumus tanpa rasa keraguan. Sadarkah itu, Delta?"
Alpha menyeruput kembali gelas sodanya. Diikuti kawan-kawannya yang lain. Hujan masih membasahi jendela ruangan kayu tersebut.
(bersambung...)