Jumat, 24 Juli 2015,
Ada sebuah rencana yang gue telah buat semenjak gue meninggalkan Kota Yogyakata tanggal 10 Januari 2014 lalu pada The Lone-Greget Journey: Semarang-Yogyakarta II. Rencana itu berupa rencana mengunjungi kota Yogyakarta lagi pada tahun berikutnya. Nggak gampang membuat rencana matang sejak satu tahun sebelum eksekusi. Banyak perubahan yang terjadi, baik di atas kertas maupun di lapangan, jadwal sekitarnya yang sekiranya akan mengganggu. Ternyata benar, rencana yang digadang-gadang pada Januari 2015 pupus karena suatu hal. Rencana perjalanan ini pun dialihkan hingga enam bulan kemudian: pasca Lebaran.
Tertanggal 24 Juli 2015, bertepatan hari jumat, gue berangkat menuju Kota Yogyakarta (St. Lempuyangan) dengan Kereta AC Ekonomi Gajahwong dari St. Besar Pasar Senen (Gerbong 4, kursi A1), Jakarta Pusat. Tiket kereta udah gue beli sejak akhir Juni (sebulan sebelumnya).
Gue udah di stasiun sejak jam 06.00 pagi. Ternyata keretanya udah ngetem di peron. Ya udah gue langsung masuk dan nyari tempat duduk gue. Gue bengong aja sampe pukul 06.45 kereta yang gue tumpangi berangkat. Perjalanan sendirian ini bikin gue mesti sabar dan menahan diri untuk nggak beranjak dari tempat duduk untuk ke toilet atau sekadar meluruskan kaki, sampe delapan jam lebih. Pukul 15.10, gue turun dari kereta, menenteng koper dan memanggul sebuah tas ransel yang cukup gede. Bayu udah nungguin gue di depan pintu masuk stasiun. Gue jadi inget, hari jumat juga, di jam yang sama, delapan puluh pekan sebelumnya, gue untuk terakhir kalinya ketemu orang ini :v.
Oke, lanjut. Perjalanan panjang ini bikin gue capek dan laper banget. Gue inget kalo ga salah di deket stasiun Lempuyangan, Jln. Sutomo (sisi selatan Fly Over Lempuyangan) ada kedai yang jadoel banget, namanya Kedai Rakjat Djelata. Dari namanya aja udah kentara banget suasana kedai ini. Jadul banget. Semuanya diatur agar atmosfer Jawa kunonya menguar ke seluruh penjuru kedai ini. Mulai dari makanan, kursi dan meja, interior, hingga peralatan makan dan minum. Cuma satu yang agaknya mengganggu suasana jadulnya: tersedia wifi.
Di sana gue mesen nasi (2500) + ayam bakar (9000) + sate kulit (2500) dengan minum segelas es teh leci (4000). Bayu mesen nasi (2500) + sambel terong (4000) + sambel brambang asem (1000) + oseng sayuran (2500) + mercon bakso (5000) dengan minum sebotol saparela (7000). Sebagai penutup, gue mesen roti bakar strawberry keju (8500) yang penyajiannya unik, yaitu disajikan di atas talenan kayu. Selain itu, rasanya juga enak banget. Gula jawa yang khas dari roti ini juga terasa. Pokoknya cocok deh.
Dari skala 5, gue nilai Kedai Rakjat Djelata ini:
Kebersihan: 4
Rasa: 3,5
Kenyamanan/Suasana: 4
Harga: 3,5
Pelayanan: 3
Rate: 3,6
Sebagai pembuka perjalanan, Kedai Rakjat Djelata udah sukses bikin gue bener-bener sadar bahwa gue ada di Jogja (untuk ke sekian kalinya) :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar