Total Tayangan Halaman

Rabu, 05 Agustus 2015

Perjalanan III di Yogyakarta - Hari Kedelapan

Jumat, 31 Juli 2015

Menjelang malam terakhir di Yogyakarta, agenda kami hari ini dimulai setelah shalat jumat. Destinasi pertama kami adalah Kraton Ratu Boko, letaknya di bukit seberang Candi Prambanan. Jadi kalo mau ke sana dari arah kota, ikutin aja jalan ke arah prambanan via jalan solo, nanti ada belokan ke kanan petunjuknya ke arah candi ratu boko. Tiket Masuknya Rp25000 per orang dan parkir motornya Rp3000. Emang ini tempat udah dikelola sangat apik sehingga kesan pertama gue "kayak resort coy". Candi Ratu Boko ini terletak di atas bukit, sehingga dari sana bisa ngeliat kota Yogya sekaligus Candi Prambanan yang berdiri megah dari kejauhan. Satu kekurangannya: panas... kering... butuh banyak jajan minuman di sini (kalo gak bawa minuman). Tempat ini sepertinya masih tahap pengembangan dan pembangunan. Masih banyak tenda-tenda tukang batu gitu dan masih banyak petak-petak yang sepertinya pondasi dari calon candi yang akan dibangun.






Puas berpanas-panas ria dan berfoto ria, kami mealnjutkan perjalanan ke arah selatan. Melalui Jalan Raya Prambanan-Piyungan yang kemudian tembus ke Jalan Wonosari, kami menelusuri Jalan Raya Wonosari hingga ke kota Wonosari untuk mencari jangkrik dan belalang goreng yang khas Gunung Kidul. Buat oleh-oleh antimainstream gitu hehehe. Akhirnya kebeli juga. Setoples jangkrik/belalang goreng dibandrol Rp40000. Rasa belalang gorengnya juga ada 3 pilihan: bacem, gurih, dan pedas.

Puas mengobati rasa penasaran akan oleh-oleh, kami melanjutkan perjalanan untuk makan malam terakhir: Sate Klathak Pak Pong di Jalan Stadion Sultan Agung (Jalan Imogiri Timur Km. 10). Dari kemaren-kemaren sebelumnya kami lewat jalan Imogiri gak nemu-nemu, ternyata mesti belok ke jalan stadion sultan agung *facepalm*. Sebelum ke sana, kami foto-foto dulu di perbatasan Bantul-Gunungkidul yang "eyecatching" banget (menurut gue dan beberapa orang yang narisi di sana :v)



Di perbatasan Bantul - Gunungkidul

Lanjut perjalanan, sampe Sate Klathak Pak Pong udah maghrib. Ya udah shalat maghrib dulu di sana. Abis itu pesen. Cukup rame tempatnya. Memadai juga mejanya, karena sampe-sampe meja buat tamu tersedia di bangunan di seberang jalan. Kami pesen sate klathak 5 porsi (soalnya katanya satu porsinya cuma dua tusuk, jadi ragu gitu. Harga satu porsi satenya adalah Rp19000), nasi dua porsi, dan es jeruk dua gelas. Ternyata eh ternyata... satenya gede banget. Gue beli satenya kebanyakan :v


Rasanya juga top markotop! Juara deh. Ini sate terenak ketiga yang gue pernah makan setelah sate kambing muda di Tegal dan sate maranggi di Sadang. Gue sampe nambah nasi dan segelas es teh manis (as always ._.). Puas banget dan bener-bener jadi penutup perjalanan yang sangat memuaskan.

Tanpa ragu, gue beri nilai untuk Sate Klathak Pak Pong ini:
Kebersihan: 4,5
Rasa: 5
Kenyamanan/Suasana: 4,5
Harga: 4
Pelayanan: 4,5
Rating: 4,5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar