Senin, 27 Juli 2015
Hari keempat ini jatuh pada hari Senin, 27 Juli 2015, yang notabenenya hari pertama anak-anak sekolah. Diperkirakan tempat wisata bakal sepi jadi bisa lebih bebas gitu buat ngalay mengeksplorasi tempat tersebut.
Oke, tempat pertama yang kami kunjungin itu namanya Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, adanya di Kompleks Pangkalan Udara TNI AU Adisucipto, jadi dari sana bisa liat pesawat landing dan take off dari jarak dekat. Masuk komplek ini pun gak sesembarangan masuk perumahan elit (ekonomi sulit) atau perumahan mewah (mepet sawah), lo mesti nitipin KTP atau SIM lo di pos penjaga depan. Sekitar 300 m dari pintu gerbang, nyampe deh di museum. Gue dan Bayu langsung ke depan pintu, tapi eh tapi ternyata kata penjaganya, museum ini lagi tutup karena ada MOS. Ya udah kami foto-foto aja di halaman parkir yang punya banyak koleksi pesawat yang terparkir di sini.
Di halaman museum, depan salah satu pesawat koleksi museum
Lima belas menit kemudian, penjaga tadi manggil kami dan ngebolehin masuk (karena banyak pengunjung juga yang datang tapi kecewa karena tutup). Secara umum, museum ini menceritakan tentang sejarah perkembangan TNI Angkatan Udara dari masa ke masa. Selain itu, museum ini juga dilengkapi semacam hangar yang isinya berbagai macam koleksi pesawat, peluru kendali, helikopter, hingga mesin (jet engine). Beberapa pesawat bahkan bisa dinaiki (bisa masuk sampe kokpit).
Di dalam salah satu pesawat
Puas satu keliling dalam museum, kami beranjak dari sana menuju tempat selanjutnya: Kebun Buah Mangunan, di Kabupaten Bantul, yang jaraknya sekitar 23 km dari Pusat Kota Yogyakarta (via Imogiri Timur). Awalnya sepanjang Imogiri Timur jalanannya lancar-lancar aja, tapi mulai menanjak dan berliku setelah melewati makam raja Imogiri. Tarif masuk Kebun Buah Mangunan hanya Rp5000 per orang. Fasilitas yang tersedia antara lain toilet, mushalla, flying fox, outbond, dan penangkaran rusa timor. Di kebun buah Mangunan, jangan berharap menemukan kebun buah yang petik sendiri, apalagi musim kering begini. Tidak sepeti namanya, apa yang menjadi daya tarik di tempat ini adalah pemandangan dari atas tebing berupa perbukitan yang dibelah oleh Kali Oyo yang berhilir di Samudra Hindia. Walaupun sedang musim kering, pemandangannya bagus banget, bingung gimana jelasinnya. Menurut gue, mirip Tebing Keraton di Bandung, tapi di sini lebih kering dan ada sungainya. Banyak orang-orang muda yang berfoto dan berselfie ria di tempat ini (kebanyakan mungkin mahasiswa, karena anak sekolah udah masuk). Sekitar 1,5 jam kami habiskan waktu buat foto-foto dan istirahat di tempat ini.
Hampir jam 14.30, saatnya pulang. Sebelum itu, kami makan siang dulu di Kota Yogyakarta. Sudah jauh-jauh ke Yogya, gak afdol rasanya kalo nggak makan gudeg mie Aceh di Bungong Jeumpa. Ya, restoran khas Aceh ini didirikan oleh seorang Aceh yang kuliah di Yogya. Gue ngeliat beberapa cabangnya di seluruh penjuru kota Yogyakarta. Namun, kali ini kami makan di Bungong Jeumpa cabang Seturan Square, Jalan Raya Seturan. Terdapat belasan varian nasi goreng, mie aceh, roti cane, dan martabak yang tersedia. Varian harga berkisar antara 13000-27500 per porsi mie Aceh. Setelah sempet galau beberapa menit, akhirnya gue dan Bayu mesen Mie Aceh Sapi Special (Rp20000). Untuk minum, gue pesen Es Teh Tarik (Rp11000) dan Bayu mesen Stamina Juice (Rp11000). Stamina Juice ini merupakan campuran antara jus tomat, wortel, jeruk, dan seledri. Tak lama pesanan datang dan gue nyobain, rasanya uenak tenan! Apalagi ketika sesendok mie aceh dipadukan dengan acarnya. Asam, pedas, gurih, bercampur menjadi satu kesatuan rasa yang top markotop! Untuk Es Teh Tarik, busanya sampe tumpeh-tumpeh, rasanya pun lebih enak daripada teh susu yang biasa gue bikin di rumah. Mak nyusss deh!
Untuk Bungong Jeumpa, gue beri nilai:
Kebersihan: 4
Rasa: 5
Kenyamanan/Suasana: 4
Harga: 3,5
Pelayanan: 4,5
Rating: 4,2
Abis itu kami pulang, kekenyangan *burp* :v
Malamnya, gue dan Bayu berencana makan malam di luar. Tujuan makan malam kali ini adalah Papiti Milk di Ring Road Utara Yogyakarta. Semacam kedai yang bermenu andalan aneka macam susu, namun gak cuma anak muda yang nongkrong di sini. Banyak segerombolan keluarga yang makan malam di sini, karena gak hanya susu, makanan berat semacam nasi putih, sup, sayur, bebek, ayam, nasi goreng, ikan, tahu, tempe, roti bakar, dan masih banyak lagi ada di sini. Harganya pun relatif terjangkau. Roti Bakar harganya antara Rp5000-10000. Susu (bisa murni, rasa-rasa, pake madu, pake jahe, dll) harganya antara Rp6000-11000. Di sini gue pesen roti bakar Nanas + Keju dan Green Tea Milk, sedangkan Bayu pesen Chocorio Milk. Gue liat di menu, ada yang namanya Mister Teler, apa itu? Akhirnya gue dan Bayu sepakat mesen itu satu porsi (dimakan berdua). Ternyata yang datang adalah sejenis Es Teler yang ditambahin daging durian. Mantap! Bener-bener bikin teler! :'v
Untuk Papiti Milk, gue beri nilai:
Abis itu kami pulang, kekenyangan *burp* :v
Malamnya, gue dan Bayu berencana makan malam di luar. Tujuan makan malam kali ini adalah Papiti Milk di Ring Road Utara Yogyakarta. Semacam kedai yang bermenu andalan aneka macam susu, namun gak cuma anak muda yang nongkrong di sini. Banyak segerombolan keluarga yang makan malam di sini, karena gak hanya susu, makanan berat semacam nasi putih, sup, sayur, bebek, ayam, nasi goreng, ikan, tahu, tempe, roti bakar, dan masih banyak lagi ada di sini. Harganya pun relatif terjangkau. Roti Bakar harganya antara Rp5000-10000. Susu (bisa murni, rasa-rasa, pake madu, pake jahe, dll) harganya antara Rp6000-11000. Di sini gue pesen roti bakar Nanas + Keju dan Green Tea Milk, sedangkan Bayu pesen Chocorio Milk. Gue liat di menu, ada yang namanya Mister Teler, apa itu? Akhirnya gue dan Bayu sepakat mesen itu satu porsi (dimakan berdua). Ternyata yang datang adalah sejenis Es Teler yang ditambahin daging durian. Mantap! Bener-bener bikin teler! :'v
Untuk Papiti Milk, gue beri nilai:
Kebersihan: 3,5
Rasa: 4
Kenyamanan/Suasana: 3,5
Harga: 4
Pelayanan: 3,5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar