"Hatta itu orangnya kering" begitu Bung Karno selalu mengenang Hatta.
"Andai ada wanita di sampingnya dalam perjalanan ia tidak akan bicara
pada wanita itu, ia tidak pandai menghidupkan suasana, itulah Hatta".
Bung Karno adalah pribadi yang hidup, ia menyenangi pembicaraan dan
selalu menyenangkan lawan bicaranya. Beda dengan Hatta yang walaupun
ramah ia cenderung pendiam dan tekun. Dunia Hatta adalah dunia buku.
Tapi diluar itu dunia Hatta adalah dunia kejujuran.
Bila
sekarang kita mendengar pejabat berfoya-foya dari dana anggaran negara,
mereka tanpa merasa berdosa menggunakan dana anggaran untuk citra
dirinya : Naik mobil mewah, dan keluarganya juga ikut-ikutan nikmatin
dana anggaran negara ditengah rakyat yang lapar dan naiknya harga-harga.
Maka Hatta adalah contoh bagaimana seorang pejabat menjalankan
kehidupan yang jujur, bagaimana seorang manusia membaktikan hidup pada
negara yang dicintainya. Hatta teliti sekali dalam menggunakan uang, ia
hanya menggunakan uang yang memang hak-nya. Ia tidak mau menggunakan
mobil dinasnya untuk keluarga, ia tidak mau menggunakan uang negara
untuk kepentingan keluarganya dan pribadinya. Uang Negara yang
dianggarkan untuknya ya untuk kelancaran pekerjaannya.
Di
suatu malam yang tenang pertengahan tahun 1950-an, Hatta membaca koran
ia melihat iklan sepatu kulit Bally. Ia ingin memilikinya dan dengan
rapi ia menggunting iklan itu dan menyimpannya untuk memotivasi dirinya
menabung uang untuk beli sepatu tersebut, tapi ia tidak pernah bisa
mewujudkan mimpinya baik semasa menjadi Wakil Presiden ataupun saat ia
pensiun. Ketika pensiun Hatta memang kerap mendapat honor dari
tulisan-tulisannya di media massa dan sedikit uang pensiun jabatan Wakil
Presiden RI, tapi dengan uang sebegitu kecil ia harus membayar listrik
dan menghidupi keluarganya dengan cara yang jujur. Mendengar Hatta
kesulitan membayar listrik, Gubernur DKI Ali Sadikin langsung membantu
Hatta untuk membayar listrik.
Di tahun 1980 Hatta
meninggal dengan tenang, Jakarta berduka. Indonesia menangis dan di laci
Hatta masih tersimpan guntingan iklan sepatu Bally yang tidak sempat
dibeli Hatta karena kurang uang.
Hatta meninggalkan
warisan yang luar biasa terhadap negeri ini, terhadap bangsa kita,
bersama Sukarno ia menjaminkan kepalanya untuk kemerdekaan bangsanya, ia
meninggalkan Warisan Konstitusi UUD 1945, warisan pemikiran-pemikiran
tentang demokrasi dan negara yang dibangun pada rasionalitas. Tapi untuk
membeli sepatu pun ia tidak mampu.
Maka pejabat yang
dengan bermewah-mewah pada anggaran negara untuk kepentingan pribadinya,
milyaran uang dianggarkan hanya untuk pakaian dinas, maka pejabat yang
berombongan kunjungan ke daerah hanya untuk makan-makan dan
senang-senang, ke luar negeri berpergian tanpa arah dan sebab dengan
menggunakan uang rakyat, lihatlah pada sehelai kertas iklan Hatta
tentang sepatu Bally....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar