Total Tayangan Halaman

Jumat, 26 Desember 2014

Mengajar itu Lebih dari Sekadar Transfer Ilmu

Status: Thinking - Sensing


“Mengajari anak-anak Indonesia saya anggap pekerjaan tersuci dan terpenting"
-Tan Malaka-

 

Sebagai mahasiswa, sudah sewajarnya kita turut serta aktif mengabdi kepada masyarakat. Pengabdian kepada Masyarakat sendiri merupakan salah satu dari tri (tiga) dharma (janji/kewajiban) perguruan tinggi (selain pendidikan dan penelitian). Dari tri dharma perguruan tinggi ini kita bisa menyimpulkan bahwa pengabdian (kepada) masyarakat ini setara wajibnya dan sama wajarnya diselenggarakan oleh perguruan tinggi, seperti halnya pendidikan dan penelitian. Menurut Undang-Undang No. 12 tahun 2012 pasal 1 ayat 11, Pengabdian kepada Masyarakat adalah kegiatan civitas akademika yang memanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Selain karena tri dharma perguruan tinggi, dengan logika nalar pun, pikiran kita akan merasakan bahwa pengabdian kepada masyarakat itu adalah bukan lagi suatu kewajiban, melainkan sudah suatu kewajaran, sudah sepatutnya. Mahasiswa itu tidak lain tidak bukan berasal dari rakyat, tentu saja, siapapun, bahkan anak pejabat sekalipun. Biaya perkuliahan, termasuk di dalamnya fasilitas-fasilitas pendidikan dalam perguruan tinggi pun dibiayai oleh rakyat. Bahkan ketika sudah lulus kelak pun, mahasiswa akan kembali kepada rakyat, bergaul dan bekerja sama dengan mereka. Jadi, sebenarnya sama saja antara mahasiswa dengan masyarakat umum, kecuali dari posisi mereka beraktivitas. Maka dari itu, sudah sewajarnya mahasiswa itu dekat dengan rakyat, membantu masyarakat, dan mengabdi kepada mereka. Kegiatan pengabdian (kepada) masyarakat ini merupakan jembatan penghubung serta penghancur sekat-sekat yang ada di antara mahasiswa dengan rakyat.
Pada tahun 2014-2015 ini, di himpunan saya, saya diamanahkan sebagai ketua divisi mengajar (di Panti Fajar Harapan dan Panti Wyata Guna, Bandung), maka dari itu, dalam tulisan ini saya hanya membahas tentang salah satu bentuk mengabdi kepada masyarakat oleh mahasiswa, yaitu mengajar. Mengapa harus mengajar? Setidaknya ada empat alasan yang baru saya pikirkan hingga saat ini:
1.       Ilmu adalah satu-satunya harta yang bisa diberikan secara rutin oleh mahasiswa. Tentu saja anda kurang mungkin untuk bisa memberikan harta benda anda secara rutin kepada masyarakat.
2.       Ilmu adalah kebutuhan semua orang. Dalam agama islam pun, menuntut ilmu itu hukumnya wajib. Oleh karena itu, memberikan ilmu kepada orang lain itu tidak akan merugikan anda.
3.       Ilmu adalah satu-satunya harta yang jika diberikan kepada orang lain, maka ilmu kita tidak akan berkurang, bahkan semakin bertambah. Anda tidak akan semakin bodoh setelah mengajarkan kepada orang lain, namun anda akan semakin sadar bahwa ilmu yang anda miliki saat ini, sebenarnya, belum ada apa-apanya.
4.       Sesuai dengan salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dari empat alasan di atas, kita dapat menganalisis bahwa pengabdian (kepada) masyarakat oleh mahasiswa bukan hanya soal asal memberi, namun mempertemukan (mencari irisan) antara kebutuhan masyarakat dengan apa yang mahasiswa bisa berikan, dan itu bukan hal mudah.
Pada saat awal-awal saya mengikuti kegiatan mengajar ini, niat saya hanya coba-coba dan karena saya senang mengajar, tidak lebih. Dalam seiring berjalannya waktu, walaupun tidak saya niatkan di awal, saya mendapat beberapa pelajaran hidup yang bisa saya ambil selama mengikuti kegiatan mengajar, khususnya di himpunan saya, contohnya:
1.       Jangan berbangga diri.
Mungkin saja kita merasa sudah paham betul dengan pelajaran-pelajaran setingkat dengan SD, SMP, dan SMA. Namun, ketika kita mengajarkan itu kepada orang lain, kita akan sadar, bahwa sebenarnya, ilmu yang kita miliki ini, akan sia-sia sebelum kita memberi manfaat kepada orang lain dengan ilmu yang kita punya itu. Terkadang, ketika mengajar pun, kita juga sadar bahwa sebenarnya ilmu yang kita miliki belumlah sepenuhnya kita pahami dan kuasai.
2.       Etika.
Mengabdi kepada masyarakat memang tidak terlepas dari interaksi dengan masyarakat umum. Saya belajar bersosialisasi dan berinteraksi akrab dengan mereka melalui kegiatan ini. Etika itu, sangat penting dalam bersosialisasi dengan orang lain, apalagi orang luar yang belum terlalu kita kenal. Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, etika penting terutama untuk menjaga nama baik lembaga dan institusi yang kita bawa (universitas, himpunan, dll). Etika-etika yang saya pelajari antara lain tentang menjaga sikap di hadapan mereka. Gunakan bahasa yang baik, baik itu bahasa verbal (berbicara) maupun bahasa non verbal (bahasa tubuh, sms, dll). Semua harus dilakukan sebaik mungkin. Selain itu, tepat waktu juga etika yang wajib kita penuhi. Jangan sampai orang luar dan masyarakat mengecap mahasiswa sebagai orang-orang yang tidak tepat waktu. Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Selain etika dengan orang luar, etika sebagai pengajar juga harus dijunjung, misalnya dengan tidak memberi contoh yang buruk kepada murid.
3.       Public Speaking.
Mengajar adalah sebuah kegiatan mentransfer ilmu dari seorang pengajar kepada muridnya. Kegiatan ini akan mengasah kemampuan dan keterampilan anda dalam berbicara di depan umum. Salah satu pelajaran public speaking yang saya dapat dari kegiatan mengajar ini adalah tentang keharusan pembicara menyamakan “posisi” dengan audiens. Contohnya, jika anda mengajar sekumpulan anak SD atau SMA, anda tidak bisa memposisikan diri anda sebagai mahasiswa. Turunkanlah, buat cara berpikir anda seperti cara berpikir audiens (murid) anda, maka mereka akan lebih mudah mengerti. (Teknik mengajar yang saya dapatkan lainnya saya tulis di entri sebelumnya, bulan Agustus)
4.       Istiqomah dan Empati.
Mengajar bukanlah sebuah kegiatan pengabdian masyarakat yang akan berefek langsung signifikan hanya dalam satu kali kegiatan. Sekali lagi saya katakan tidak. Maka dari itu, kegiatan mengajar ini akan melatih kita untuk istiqomah dan kontinu dalam berbuat baik. Istiqomah ini datang biasanya karena timbul rasa empati yang tumbuh seiring berjalannya waktu. Suatu saat, ketika anda melangkahkan kaki ke tempat mengajar, dalam pikiran anda akan terbayang kalimat “saya datang ke sini karena mereka butuh”.

Semoga dengan tulisan ini, anda tidak skeptis lagi untuk mengikuti kegiatan pengabdian kepada masyarakat, khususnya mengajar.

Sekian. Terima kasih.
-Muhammad Iqbal Tawakkal-

N.B.: Jika ada kritik, saran, tanggapan, komentar, mohon hubungi penulis langsung. Suatu saat saya edit lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar