“Mengajari anak-anak Indonesia
saya anggap pekerjaan tersuci dan terpenting"
-Tan Malaka-
Sebagai
mahasiswa, sudah sewajarnya kita turut serta aktif mengabdi kepada masyarakat.
Pengabdian kepada Masyarakat sendiri merupakan salah satu dari tri (tiga) dharma
(janji/kewajiban) perguruan tinggi (selain pendidikan dan penelitian). Dari tri
dharma perguruan tinggi ini kita bisa menyimpulkan bahwa pengabdian (kepada)
masyarakat ini setara wajibnya dan sama wajarnya diselenggarakan oleh perguruan
tinggi, seperti halnya pendidikan dan penelitian. Menurut Undang-Undang No. 12
tahun 2012 pasal 1 ayat 11, Pengabdian kepada Masyarakat adalah kegiatan civitas
akademika yang memanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk memajukan kesejahteraan
masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Selain karena
tri dharma perguruan tinggi, dengan logika nalar pun, pikiran kita akan
merasakan bahwa pengabdian kepada masyarakat itu adalah bukan lagi suatu
kewajiban, melainkan sudah suatu kewajaran, sudah sepatutnya. Mahasiswa itu
tidak lain tidak bukan berasal dari rakyat, tentu saja, siapapun, bahkan anak
pejabat sekalipun. Biaya perkuliahan, termasuk di dalamnya fasilitas-fasilitas
pendidikan dalam perguruan tinggi pun dibiayai oleh rakyat. Bahkan ketika sudah
lulus kelak pun, mahasiswa akan kembali kepada rakyat, bergaul dan bekerja sama
dengan mereka. Jadi, sebenarnya sama saja antara mahasiswa dengan masyarakat
umum, kecuali dari posisi mereka beraktivitas. Maka dari itu, sudah sewajarnya
mahasiswa itu dekat dengan rakyat, membantu masyarakat, dan mengabdi kepada
mereka. Kegiatan pengabdian (kepada) masyarakat ini merupakan jembatan
penghubung serta penghancur sekat-sekat yang ada di antara mahasiswa dengan
rakyat.
Pada tahun
2014-2015 ini, di himpunan saya, saya diamanahkan sebagai ketua divisi mengajar
(di Panti Fajar Harapan dan Panti Wyata Guna, Bandung), maka dari itu, dalam
tulisan ini saya hanya membahas tentang salah satu bentuk mengabdi kepada
masyarakat oleh mahasiswa, yaitu mengajar. Mengapa harus mengajar? Setidaknya
ada empat alasan yang baru saya pikirkan hingga saat ini:
1.
Ilmu adalah satu-satunya harta yang bisa
diberikan secara rutin oleh mahasiswa. Tentu saja anda kurang mungkin untuk
bisa memberikan harta benda anda secara rutin kepada masyarakat.
2.
Ilmu adalah kebutuhan semua orang. Dalam agama
islam pun, menuntut ilmu itu hukumnya wajib. Oleh karena itu, memberikan ilmu
kepada orang lain itu tidak akan merugikan anda.
3.
Ilmu adalah satu-satunya harta yang jika
diberikan kepada orang lain, maka ilmu kita tidak akan berkurang, bahkan
semakin bertambah. Anda tidak akan semakin bodoh setelah mengajarkan kepada
orang lain, namun anda akan semakin sadar bahwa ilmu yang anda miliki saat ini,
sebenarnya, belum ada apa-apanya.
4.
Sesuai dengan salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dari empat
alasan di atas, kita dapat menganalisis bahwa pengabdian (kepada) masyarakat
oleh mahasiswa bukan hanya soal asal memberi, namun mempertemukan (mencari
irisan) antara kebutuhan masyarakat dengan apa yang mahasiswa bisa berikan, dan
itu bukan hal mudah.
Pada saat
awal-awal saya mengikuti kegiatan mengajar ini, niat saya hanya coba-coba dan
karena saya senang mengajar, tidak lebih. Dalam seiring berjalannya waktu,
walaupun tidak saya niatkan di awal, saya mendapat beberapa pelajaran hidup
yang bisa saya ambil selama mengikuti kegiatan mengajar, khususnya di himpunan
saya, contohnya:
1.
Jangan berbangga diri.
Mungkin saja kita merasa sudah paham betul dengan
pelajaran-pelajaran setingkat dengan SD, SMP, dan SMA. Namun, ketika kita
mengajarkan itu kepada orang lain, kita akan sadar, bahwa sebenarnya, ilmu yang
kita miliki ini, akan sia-sia sebelum kita memberi manfaat kepada orang lain
dengan ilmu yang kita punya itu. Terkadang, ketika mengajar pun, kita juga
sadar bahwa sebenarnya ilmu yang kita miliki belumlah sepenuhnya kita pahami
dan kuasai.
2.
Etika.
Mengabdi kepada masyarakat memang tidak terlepas dari
interaksi dengan masyarakat umum. Saya belajar bersosialisasi dan berinteraksi
akrab dengan mereka melalui kegiatan ini. Etika itu, sangat penting dalam
bersosialisasi dengan orang lain, apalagi orang luar yang belum terlalu kita
kenal. Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, etika penting terutama
untuk menjaga nama baik lembaga dan institusi yang kita bawa (universitas,
himpunan, dll). Etika-etika yang saya pelajari antara lain tentang menjaga
sikap di hadapan mereka. Gunakan bahasa yang baik, baik itu bahasa verbal
(berbicara) maupun bahasa non verbal (bahasa tubuh, sms, dll). Semua harus
dilakukan sebaik mungkin. Selain itu, tepat waktu juga etika yang wajib kita
penuhi. Jangan sampai orang luar dan masyarakat mengecap mahasiswa sebagai
orang-orang yang tidak tepat waktu. Dimana bumi dipijak, di situ langit
dijunjung. Selain etika dengan orang luar, etika sebagai pengajar juga harus dijunjung, misalnya dengan tidak memberi contoh yang buruk kepada murid.
3.
Public Speaking.
Mengajar adalah sebuah kegiatan mentransfer ilmu dari
seorang pengajar kepada muridnya. Kegiatan ini akan mengasah kemampuan dan
keterampilan anda dalam berbicara di depan umum. Salah satu pelajaran public
speaking yang saya dapat dari kegiatan mengajar ini adalah tentang keharusan
pembicara menyamakan “posisi” dengan audiens. Contohnya, jika anda mengajar
sekumpulan anak SD atau SMA, anda tidak bisa memposisikan diri anda sebagai
mahasiswa. Turunkanlah, buat cara berpikir anda seperti cara berpikir audiens
(murid) anda, maka mereka akan lebih mudah mengerti. (Teknik mengajar yang saya dapatkan lainnya saya tulis di entri sebelumnya, bulan Agustus)
4.
Istiqomah dan Empati.
Mengajar bukanlah sebuah kegiatan pengabdian masyarakat
yang akan berefek langsung signifikan hanya dalam satu kali kegiatan. Sekali
lagi saya katakan tidak. Maka dari itu, kegiatan mengajar ini akan melatih kita
untuk istiqomah dan kontinu dalam berbuat baik. Istiqomah ini datang biasanya
karena timbul rasa empati yang tumbuh seiring berjalannya waktu. Suatu saat,
ketika anda melangkahkan kaki ke tempat mengajar, dalam pikiran anda akan
terbayang kalimat “saya datang ke sini karena mereka butuh”.
Semoga dengan tulisan ini, anda tidak skeptis lagi untuk mengikuti kegiatan pengabdian kepada masyarakat, khususnya mengajar.
Sekian. Terima kasih.
-Muhammad Iqbal Tawakkal-
N.B.: Jika ada kritik, saran,
tanggapan, komentar, mohon hubungi penulis langsung. Suatu saat saya edit lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar