Menurut catatan sejarawan Roma Tacitus (56-120 M), agar dapat mendirikan
sebuah kota Roma yang baru, maka Nero dengan sengaja membakar kota
Roma. Setelah kebakaran besar terjadi, penduduk Roma umumnya percaya
bahwa biang keladi kebakaran itu adalah Nero, namun Nero
mengkambinghitamkan pengikut Nasrani sebagai penyebab kebakaran, dan
menggunakan cara yang sangat jahat untuk menghukum mereka.
Dalam sebuah arena perlombaan, sebagian pengikut Nasrani ditutupi
dengan kulit hewan lalu melepas serombongan anjing pemburu, untuk
menggigit dan mencabik-cabik mereka hingga mati. Bagi pengikut Nasrani
yang masih tersisa, Nero memerintahkan anak buahnya supaya mengikat
mereka bersama jerami kering untuk dijadikan obor, dan disusun di dalam
sebuah taman, dan dibakar pada tengah malam, menjadi hiburan bagi Nero
yang lalim. Pengikut Yesus yang bernama Peter dan Paul meninggal dalam
penindasan itu.
Dalam sejarah kekaisaran Roma, Nero diakui sebagai seorang yang paling kejam. Seperti apakah iblis yang bernama Nero itu?
Menuju Tangga Kekuasaan
Pada tahun 37 M, Nero lahir di sebuah kota pesisir yang ramai sekitar
Roma bernama Anchio. Ayahnya adalah seorang pejabat administrasi yang
mempunyai reputasi jelek dan berperilaku buruk, dia pernah membunuh
banyak rakyat yang tak berdosa dengan sewenang-wenang. Ibu Nero bernama
Aklibina, adik dari Kaisar Kaligula, cantik bagaikan bidadari tapi
jahatnya seperti ular berbisa, seorang yang penuh dengan tipu muslihat
dan licik, gemar akan kekuasaan dan serakah terhadap kedudukan. Suka
melakukan pembunuhan massal, dan menyiksa orang lain untuk meraih
kesenangan.
Dia menikah lagi dengan seorang bangsawan kaya, sehingga
berkesempatan menyediakan pendidikan kelas satu bagi Nero. Kemudian,
ketika istri ketiga dari kaisar imperialis Roma Klautikse meninggal
dunia, dengan mengandalkan hubungan famili berdalih bahwa kaisar yang
juga pamannya hendak menikahinya, dia pun memanfaatkan kecantikannya
untuk memikat kaisar tua itu. Akhirnya pada tahun 49 M, dia berhasil
menjadi seorang permaisuri. Tahun berikutnya, dia berusaha membuat
kaisar menerima Nero sebagai anak angkat, serta mengupayakan agar putri
kaisar menikah dengan Nero, dan menghapus kedudukan Bunitanix yang
tadinya putra mahkota, dan mengangkat Nero sebagai penggantinya. Ketika
kaisar tua merasa menyesal atas pengangkatan Nero sebagai pewaris
takhta, dia melancarkan intrik pembunuhan yang keji dengan seporsi
hidangan jamur beracun untuk meracuni kaisar tua itu, dan menggunakan
uang dalam jumlah besar untuk membeli pasukan pengawal istana, kemudian
memproklamirkan Nero yang baru berusia 17 tahun itu sebagai kaisar baru
Roma. Setelah Nero naik takhta, sudah tergenggam tampuk kekuasaan besar.
Disebabkan oleh pengaruh dan didikan sang ibu dalam jangka waktu
panjang, maka sejak kecil Nero sudah terdidik dengan sifat yang bengis,
serakah dan sewenang-wenang, serta haus kekuasaan.
Membunuh Ibu, Istri dan Adiknya
Begitu Nero yang masih belia itu naik takhta, dia sudah menganggap
Bunitanix sang adik sebagai musuh bebuyutan. Pada kesempatan sebuah
pesta kerajaan, dia berhasil meracuni Bunitanix yang masih berusia 14
tahun dengan arak beracun. Ketika pesta sedang berlangsung, pada saat
adiknya sekarat, Nero tetap dengan asyik menikmati hidangan, sambil
menjelaskan dengan tenang seakan-akan tidak terjadi apa-apa. “Ini
hanyalah penyakit ayan yang sedang kumat saja,” katanya yang membuat
para tamu di pesta ini ketakutan.
Aklibina, sang ibu yang juga gila kekuasaan, sering
mengatasnamakan Nero untuk melakukan tindakan kekerasan dan acap kali
tampil dengan kedudukannya bagai seorang ratu. Ini membuat Nero sangat
marah. Disebabkan karena takut pada suatu hari kekuasaan di tangannya
akan direbut oleh sang ibu, maka dia berniat menghabisinya. Dia pun
merencanakan sebuah intrik jahat lalu menciptakan sebuah insiden kapal
tenggelam untuk membunuh ibunya, tapi ibunya berhasil berenang sampai
pantai, serta mengutus seorang untuk mengirim surat.
Ketika Nero menerima surat dan berbicara dengan pengantar surat itu,
dengan diam-diam dia menaruh sebilah belati di atas tanah dan melaporkan
pada pengawalnya bahwa ibunya mengirim seseorang untuk membunuhnya. Ini
dijadikan alasan untuk membunuh ibunya sesuai dengan fakta yang ada.
Aklibina pun menerima balasan yang setimpal untuk perbuatan jahatnya
selama ini.
Nero bahkan memukul hingga mati istrinya yang sedang hamil,
ketiga istrinya dibunuh satu per satu. Istri keduanya bernama Bobia
dibunuh karena mengeluh Nero pulang kemalaman. Istri ketiganya Statilia
yang didapatkan dengan membunuh suaminya, tak lama kemudian pun dibunuh
oleh Nero. Ia pun perintahkan gurunya untuk bunuh diri, sebab Nero
berpendapat bahwa sang gurunya itu mencoba mendominasi dirinya. Setelah
itu, Nero pun kehilangan kontrol diri dan berbuat sewenang-wenang serta
berfoya-foya, tenggelam dalam kemewahan, berpesta pora serta meboroskan
uang dengan seenaknya saja.
Negara Kuat yang Lemah
Ketika itu, daerah kekuasaan Nero sangatlah luas, membentang mulai
dari bagian utara daerah Britania selatan hingga ke selatan daerah
Marokko, daerah timur Atlantik hingga barat laut Kaspia, sedemikian kuat
penampilan luarnya. Namun Roma justru ada di pusat dari seluruh negara
imperialis itu, dan Nero pun memegang tampuk kekuasaan secara total,
segala kekuasaan negara berada di tangan sang kaisar seorang. Satuan
tentara Roma adalah basis dari kekuasaannya. Rakyat tak punya hak
bicara, lembaga tinggi negara sepertinya hanya nama saja. Kaisar ialah
penguasa tertinggi, hukum dan segala perangkatnya ada dalam
genggamannya. Nasib orang di seluruh negeri tergantung pada suka atau
tidaknya sang kaisar seorang, rakyat di seluruh negeri berfoya-foya dan
bercabulan, sama seperti negara China saat ini.
Pada saat Nero mewarisi takhta kerajaan, Roma waktu itu masih
tergolong sangat makmur, termasuk bagian dari tahun yang paling makmur
dan jaya di sejarah Roma. Di awal beberapa tahun sejak kekuasaan yang
diserobot oleh Nero pun masih berlangsung sedikit sisa kecemerlangan
dari matahari terbenam itu. Sama sekali persis dengan di awal beberapa
tahun ketika Jiang Zemin menyerobot kekuasaan tertinggi di negeri China.
Akan tetapi kecemerlangan segemerlap apa pun tetaplah sebuah
kecemerlangan yang tersisa, ditambah lagi dengan sifat bawaan Nero yang
jahat dan tidak terkendali, maka dengan cepat sekali mengembang, jadi
saat-saat yang baik pun layu dengan cepat seperti bunga. Dia mulai
menghambur-hamburkan uang seenaknya, berjudi gila-gilaan, ketika
bepergian dan piknik dia dikawal oleh 1.000 iring-iringan kereta mewah.
Ketika kas negara kosong, dia menyita harta kekayaan pribadi, membunuh
puluhan tuan tanah Spanyol dan Afrika Utara dan merampas harta-kekayaan
mereka. Dia pun menghapus pengurangan pajak serta subsidi terhadap fakir
miskin dan orang jompo yang diterapkan di masa lalu, menguasai paksa
harta kekayaan kuil dan mendepresiasi nilai mata uang. Nero bahkan
memaksa istri para anggota parlemen imperialis yang mengenakan perhiasan
emas dan perak itu agar masuk ke gelanggang gulat untuk saling
bunuh-membunuh, sedangkan dia sendiri justru menyaksikan adegan gumulan
berdarah dan gila-gilaan itu.
Nero merasa dirinya seorang yang serba bisa, baik melukis,
mengukir, bernyanyi, bermain musik, maupun bahasa Yunani dan bahasa
Latin serta berpuisi dan sebagainya, dikuasai semua. Dia sudah memulai
pertunjukan terbukanya di tahun 59 M. Sering mengundang rakyat kecil
untuk menyaksikan bermain musik dan nyanyi di teater terbuka pada taman
istana atau di jalanan. Pada hari raya, dia menyelenggarakan sebuah
pertunjukan sangat mewah di dalam istana, dia sendiri mengadakan
pertunjukan di atas panggung sebagai seorang penyair, penyanyi,
konduktor bahkan pegulat. Ketika dia mengadakan pertunjukan di teater,
pintu teater pun ditutup rapat olehnya tidak diizinkan penonton pulang
sebelum pertunjukan selesai. Bagi beberapa penonton yang tak tahan
terhadap suara nyanyian yang memekakkan telinga dan pertunjukannya yang
jelek itu, mereka satu per satu terpaksa kabur dengan meloncat tembok.
Merasa tidak mendapat pendengar yang setia di Roma, maka Nero mengadakan
dan memimpin rombongan teater untuk pertunjukan keliling di Yunani
selama setahun, orang-orang Yunani menikmatinya. Karena kegembiraan
sesaat, dia pun menganugerahkan hak otonomi kepada Yunani, karena orang
Yunani mengerti dan bisa menikmati keseniannya.
Karena berfoya-foya terhadap pemakaian uang dalam jumlah sangat
besar, negara imperialis Roma yang tampak kuat dan besar dari luar itu
dalam waktu cepat sudah mengeruk habis kas negara.
Sifat Keiblisannya Keluar
Pada malam tanggal 18 Juli 64 M, terjadi kebakaran besar di Roma.
Berlangsung selama 39 hari, 3 daerah musnah terbakar, 7 rusak berat,
sisanya 4 dari 14 daerah seluruhnya. Rakyat Roma mengalami bencana yang
tak pernah ada sebelumnya, mereka luntang-lantung tak bertempat tinggal.
Ada yang melihat, dalam menghadapi kondisi lautan api yang
menelan seluruh kota itu, Nero malah berpakaian opera, berdiri di menara
dan memetik instrumen Lira, melantunkan sebuah balada yang ada
hubungannya dengan musnahnya Troya, menikmati pemandangan kobaran api
yang takjub. Ada rumor di sana-sini mengatakan bahwa Nero-lah yang
melakukan pembakaran secara sengaja waktu itu, Nero-lah yang
memerintahkan pembakaran terhadap Roma supaya mendirikan sebuah kota
baru.
Sungguh, setelah kebakaran besar terjadi, ia tidak pergi menolong
rakyat korban bencana itu, malah sibuk melakukan pembangunan
besar-besaran dan bikin “rumah emas” untuk pribadi. Dekorasi dalam
istananya dihiasi dengan emas, intan permata dan mutiara serta bingkai
langit-langit yang ditatah gading, langit-langit yang bisa berputar itu
bisa menaburkan bunga dan menyemperotkan parfum ke arah bawah, istananya
itu terletak di tempat paling sentral kota Roma, beraneka bunga,
pemandangan gunung dan danau, kolam mandi di dalamnya dapat medatangkan
air laut sekaligus air dari mata air. Ketika bangunan mentereng dan
mewah ini rampung dibangun, Nero memuji dan mengagumi dengan gembira
ria: “Ini baru mirip tempat tinggal manusia.”
Untuk menghadapi kecaman dari kebakaran yang disengaja, maka Nero
memilih penganut Nasrani untuk mengemban tanggung jawab, pertama-tama
ia menuduh merekalah yang melakukan pembakaran secara sengaja, lalu
menuduh mereka “bermusuhan terhadap umat manusia”. Karena kebanyakan
penganut Nasrani waktu itu orang miskin semuanya, budak belian dan orang
asing, jadi untuk menindas mereka itu sangatlah mudah.
Tapi justru karena Nero dalam kedudukan yang sangat kuat dan lupa
daratan, tiba-tiba di Italia bagian tengah kota Napules muncul seorang
ahli kebatinan, dia beteriak dengan keras dari bawah tembok dan mencela
Nero adalah seorang raja lalim serta bengis dan juga mengatakan bahwa
arwah Bunitanix tidak akan membiarkan selamanya. Akhirnya, ahli
kebatinan ini dijebloskan ke dalam penjara, setiap orang mengira bahwa
pasti dia bakal mati karena siksaan berat, namun siapa pula bakal tahu
bahwa dia adalah seorang yang sakti, tak sampai setengah hari sudah
lolos dari penjara. Sejak saat itu, orang Roma menyebutnya seorang ahli
kebatinan pembalas dendam, Nero yang marah besar karena dipermalukan,
mengutus orang untuk menangkapnya ke semua tempat, namun ternyata gagal.
Setahun kemudian, ahli kebatinan ini meninggal dunia, bukan karena
dibunuh tapi karena sakit, kalimat terakhir yang diucapkan sebelum
meninggal: “Kekaisaran Nero pasti tidak lebih dari 15 tahun.” Kala itu
kekuasaan Nero sudah memasuki 11 tahun setengah.
Sepeninggalnya ahli kebatinan itu, Nero pun berubah menjadi orang
yang lebih curiga, kalau melakukan sesuatu pun lebih gila-gilaan lagi.
Dia membunuh orang terus-menerus, dia tega melakukan cara sekejam apa
pun apalagi terhadap kaum Nasrani itu. Akan tetapi menurut informasi
pengawal yang dekat dengan Nero mengatakan bahwa Nero sering mendengar
suara teriakan arwah Bunitanix, dia takut bercampur benci, jika
melakukan sesuatu lebih dipenuhi dengan emosi sesat.
Pembunuhan secara kejam oleh Nero akhirnya menimbulkan tantangan
rakyat Roma. Saat itu Nero terus-menerus timbul rasa curiga terhadap
orang di sekelilingnya, dia memastikan ada sebuah komplotan makar sedang
kontra dengannya. Dalam kondisi yang teramat takut serta mata gelap
itu, dia pun mengumumkan bahwa seluruh negeri dalam kondisi darurat
perang. Seluruh Roma diselimuti suasana ketakutan. Begitu dia menyebut
nama seseorang, maka orang tersebut akan dihukum mati. Banyak anggota
parlemen, birokrat senior, tokoh terkemuka serta petugas pasukan
pengawal pun dihukum mati. Ada beberapa orang dipenggal kepalanya,
beberapa lagi diperintahkan untuk bunuh diri, dan sejumlah lagi dibelah
urat nadinya. Bahkan guru dan Shonyka sang penasihat pun dipotong kedua
tangannya.
Pengkhianat Massal dan Dijauhi Sanak Saudara
Kemewahan Nero yang luar biasa, kekuasaan yang mengerikan, pembunuhan
secara gila-gilaan dan penindasan terhadap kaum Nasrani itu,
membangkitkan rasa kontra bagi lembaga tinggi negara. Tak seorang rakyat
yang tidak terasa benci terhadapnya. Dari kalangan rakyat kecil,
tentara, orang terkemuka dan terpandang hingga pejabat tinggi, serta
parlemen, tidak tahan terhadap pemerintahan tirani itu. Akhirnya pada 68
M, gubernur jenderal sementara dari Provinsi Kaolu dan Spanyol
mengimbau agar rakyat bangkit untuk memberontak. Sementara pasukan Roma
memberontak di daerah Kaolu, bahkan induk pasukan di Spanyol dan Afrika
Utara nan jauh itu pun menyusul memberontak, pasukan-pasukan yang ada di
masing-masing daerah menuju ke Roma, pejabat daerah pun satu per satu
mengumumkan pembelotannya terhadap Nero. Lembaga tinggi negara di Roma
menghapuskan takhta kerajaan Nero, memproklamirkan bahwa dia itu ilegal,
sekaligus merupakan musuh rakyat.
Pasukan tentara beserta rakyat mengepung istana hendak memberi
perhitungan dengan Nero. Sampai saat itu, Nero sudah ditentang oleh
rakyatnya dan ditinggalkan pengikutnya. Dia minta tolong pada pengawal
istana untuk membantunya dalam pelarian, tapi ditolak. Dia menulis
sepucuk surat agar rakyat mengampuninya, akan tetapi ia tidak berani
keluar dari istana untuk menyerahkannya. Dia tahu bahwa dosanya sudah
amat berat, akhirnya pada malam hari dia dengan mengenakan mantel tanpa
lengan melarikan diri dengan menunggangi kuda bersama empat orang jongos
ke tempat liar.
Nasib Orang yang Memalukan
Akhirnya Nero kabur di sebuah rumah mantan budak istananya. Dia duduk
di ruang bawah dan membiarkan budaknya menggali sebuah kubur di
belakang rumah untuknya. Budaknya menggali liang kubur buatnya, Nero
yang enggan berpisah itu terus berkata: “Dunia ini telah kehilangan
seorang seniman yang hebat!” Saat itu pesuruhnya datang memberi tahu:
Lembaga tinggi negara mengumumkan bahwa Nero itu adalah musuh rakyat,
serta mengeksekusi mati Nero dengan cara leluhur yakni hukuman mati
dengan cambuk.
Nero tahu bahwa ini berarti akan melucuti bajunya, lalu memakai
pasung kayu untuk menopang tengkuknya dan diayunkan cambuk oleh sang
algojo, hingga akhir napasnya. Tak terpikirkan bahwa Nero yang selalu
kejam sejak dulu malah ketakutan setengah mati oleh siksaan kejam itu,
dia merasa lebih baik bunuh diri untuk mengurangi penderitaan, lalu
memutuskan untuk melakukan itu.
Sebelum ajal tiba, Nero pun tak lupa untuk mempertunjukkan
kebolehannya, dia pegang belati tajam lalu mengayunkan ke sana kemari,
tetapi tidak berani menusuk tenggorokannya sendiri. Sebab dia tidak
punya keberanian, lalu dengan tak diduga-duga dia mohon pada seorang
budak untuk bunuh diri lebih duluan, memperagakan untuknya, tapi
ditolak. Kaisar yang lalim itu sebenarnya seorang pengecut bernyali
kecil.
Pada saat menjelang fajar, tiba-tiba dari kejauhan sana terdengar
suara teriakan manusia dan pekikan kuda, karena tempat persembunyiannya
telah diketahui. Nero yang sudah putus asa itu meletakkan sebilah belati
ke tangan seorang jongos, lalu menggenggam tangan sang budak untuk
menusukkannya ke leher dia sendiri. Dia berteriak dengan kencang sekali
dan tersungkur ke dalam genangan darah, tamat sudah riwayatnya. Nero
meninggal pada usia 31 tahun, dia bertakhta 14 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar