Johann Carl Friedrich Gauss (1777-1855)
Carl Friedrich
Gauss merupakan salah satu ilmuwan hebat dunia, ia juga diakui sebagai
ahli matematika terbesar sepanjang masa, sejajar dengan Isaac Newton dan
Archimedes.. Hal ini cukup beralasan, sebab ia memang jenius sejak
kecil. Pada saat Gauss berusia tiga tahun, ia berhasil menemukan
kesalahan yang dilakukan ayahnya waktu sang ayah melakukan kalkulasi di
bidang keuangan.
Gauss melakukan hal yang menakjubkan lagi saat ia
berada di sekolah dasar, tepatnya kelas 3. Pada waktu itu guru
matematikanya "ngerjain" Gauss dengan memintanya menjumlahkan
bilangan-bilangan dari 1 hingga 100 (ini bukan pelajaran SD -__-). Namun
ternyata Gauss berhasil menyelesaikan soal tersebut beberapa detik
setelahnya. Gauss menyelesaikannya dengan cara yang unik: ia
mengelompokkan bilangan dari 1 hingga 100 menjadi 1 dan 100, 2 dan 99, 3
dan 98, dan seterusnya hingga 50 dan 51. Jumlah setiap pasang bilangan
adalah 101 dan ada 50 pasang bilangan, sehingga jumlah total bilangan
adalah 50 x 101= 5050. Gurunya pun melongo.
Paul Wolfskehl (1856-1906)
Ia bukan orang yang ahli matematika, melainkan orang industri dari Jerman. Lalu apa hubungannya dengan matematika?
Cerita
Paul Wolfskehl ini lebih mengherankan lagi: hidupnya diselamatkan oleh
matematika. Entah karena masalah percintaan atau karena penyakit yang
dideritanya, suatu hari ia berniat mengakhiri hidupnya. Paul bahkan
sudah merencakan tanggal dan pukul berapa ia akan bunuh diri dan
menyiapkan pistol untuk kemudian diarahkan ke kepalanya. Beberapa jam
sebelum ingin menembak dirinya, ia mengunjungi perpustakaan pribadinya
dan menemukan sebuah makalah tentang teorema yang sangat terkenal: Fermat’s Last Theorem.
Ia
mulai membaca, dan tidak membutuhkan waktu lama untuk ia tenggelam
dalam kesibukannya. Bukannya memikirkan mengenai bunuh diri, ia sibuk
berpikir bagaimana cara memecahkan persoalan yang ada pada makalah
tersebut. Perjuangannya memecahkan soal memang akhirnya gagal, namun
tepat setelah itu dia sadar bahwa waktu yang ia tentukan untuk menembak
dirinya sudah lewat. Ia pun terkagum dengan keindahan yang dia alami
dalam memecahkan persoalan dan membatalkan niatnya untuk bunuh diri.
Sebagai ‘balas jasa’, ia menyelenggarakan hadiah 100.000 Marks (1 juta
poundsterling waktu itu), bagi siapa yang dapat memecahkan permasalahan Fermat’s Last Theorem. Hadiah ini kemudian dikenal dengan nama hadiah Wolfskehl. (Intinya: Kalo galau, ya cari kesibukan hahaha)
George Dantzig (1914-2005)
Waktu
menempuh studi Doktoral, George Dantzig terlambat menghadiri suatu
kuliah. Dua soal sudah dituliskan di papan tulis sewaktu ia memasuki
ruangan. Ia pun menyalinnya dan mengerjakannya sebagai tugas kuliah.
Beberapa saat kemudian ia sadar bahwa soal tersebut bukanlah soal yang
mudah…namun karena merasa bahwa itu adalah tugas ia tetap mengerjakannya
(kepepet, daripada dimarahin dosen). Dua soal itupun akhirnya selesai,
lalu George mengumpulkannya ke dosen pengampu dan meminta maaf atas
lamanya waktu yang dia butuhkan untuk menyelesaikannya dengan beralasan
bahwa soal tersebut ‘sedikit lebih sulit daripada biasanya’.
Kira-kira
enam minggu sesudahnya, sang dosen datang ke rumah George sambil
tergopoh-gopoh membawa tugas yang ia kumpulkan. Si empunya rumah sempat
merasa tidak enak dan berpikir bahwa ia sudah melakukan kesalahan, namun
ternyata…? Sang dosen memberitahunya bahwa apa yang ia pecahkan adalah
dua soal statistika terkenal tinggi yang belum terpecahkan oleh
siapapun. George menjadi orang pertama yang berhasil memecahkannya dan
pekerjaannya dirangkum menjadi sebuah makalah untuk kemudian
dipublikasikan oleh sang dosen. Tidak berhenti sampai di situ, tahun
berikutnya saat George bingung menentukan topic disertasi, sang dosen
berkata bahwa penyelesaian dua soal tersebut akan diterimanya sebagai
disertasi….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar